JAKARTA – Sebanyak 25,8 persen anak Indonesia mengalami kondisi fatherless, baik secara fisik maupun emosional, berdasarkan hasil Pendataan Keluarga 2025 yang dirilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Angka tersebut diungkap Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji dalam pembukaan kegiatan Ngobrol Perkara Gati (NGOPI) yang digelar secara luring dan daring serta diikuti perwakilan 34 provinsi, Jumat 14 November 2025.
“Berdasarkan data, rata-rata kita menggunakan gadget 7,8 jam setiap hari. Pertanyaannya, berapa lama kita benar-benar mengobrol dengan anak?” ujar Wihaji.
Ia menegaskan, kehadiran ayah yang berkualitas sangat menentukan pembentukan karakter dan jiwa kepemimpinan anak. “Hati-hati, jangan sampai anak-anak kita menjadi generasi yang kurang menjadi petarung,” tegasnya.
Wihaji juga memperingatkan dampak algoritma gawai yang membuat anak lebih sering mencurahkan masalah kepada ponsel ketimbang orang tua. “Kalau ada masalah, mereka curhat ke handphone, bukan ke orang tua. Kita bisa dianggap hampa, terutama sosok ayah,” jelasnya.
Wihaji menegaskan keluarga sebagai unit terkecil negara memiliki pengaruh terbesar terhadap keberlangsungan bangsa. “Kalau keluarga baik-baik saja, insyaallah negara ini juga akan baik-baik saja,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Plh. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Puji Prihatiningsih menyatakan kegiatan NGOPI bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran strategis ayah.
“Tujuan kegiatan Ngopi Ngobrol Perkara Gati ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peran ayah dalam keluarga,” ungkap Puji.
Peringatan Hari Ayah Nasional 2025 ini menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat untuk menghadirkan figur ayah yang tidak hanya ada secara fisik, tetapi benar-benar hadir secara emosional dan mendidik bagi anak-anaknya.




