JAKARTA – Kenaikan status awas Gunung Semeru mendorong Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) melakukan operasi darurat untuk memastikan warga di sekitar lereng gunung mendapatkan perlindungan maksimal.
Langkah cepat BNPB ini menjadi sorotan utama setelah Gunung Semeru menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan pada Rabu sore dan langsung memicu respons pengungsian terstruktur di sejumlah titik.
Situasi darurat Gunung Semeru membuat pemerintah daerah bersama Pusdalops BNPB menyiapkan skema evakuasi, pendataan, serta penyampaian informasi keselamatan kepada warga yang terdampak.
Status aktivitas vulkanik Gunung Semeru berubah drastis dari level III atau “Siaga” menjadi level IV atau “Awas” hanya dalam hitungan satu jam pada Rabu (19/11) pukul 17.00 WIB.
Pusdalops BNPB sejak awal mencermati lompatan aktivitas tersebut dan segera memetakan risiko menyangkut potensi dampak, termasuk kemungkinan meningkatnya jumlah warga yang harus dievakuasi.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto mengarahkan jajarannya untuk fokus pada respons cepat terutama menyangkut korban, kerusakan, dan kebutuhan pengungsian agar penanganan berlangsung efektif dan terkoordinasi.
Data sementara menunjukkan tiga desa di dua kecamatan Kabupaten Lumajang mengalami dampak langsung yakni Desa Supit Urang dan Oro-Oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo serta Desa Penanggal di Kecamatan Candipuro.
Petugas BPBD bersama berbagai unsur pendukung mengevakuasi warga ke pos-pos pengungsian dengan prioritas keselamatan mengingat aktivitas gunung yang masih meningkat.
Sebanyak 300 warga tercatat sudah berada di tempat aman dengan sebaran 200 jiwa di Balai Desa Oro-Oro Ombo dan 100 jiwa di SD 2 Supiturang, sementara sebagian lainnya diarahkan ke Balai Desa Penanggal meski pendataan masih berlangsung.
Gunung Semeru kembali menunjukkan erupsi pada Rabu siang sekitar pukul 14.13 WIB dengan jarak luncur awan panas kurang dari 13 kilometer menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Secara visual teramati awan panas guguran mengarah ke tenggara dan selatan dengan jarak luncur mencapai 13 kilometer disertai satu kali awan panas tambahan yang bergerak ke sektor Besuk Kobokan.
PVMBG mengeluarkan rekomendasi ketat yang melarang aktivitas pada sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga 20 kilometer dari puncak serta pembatasan pergerakan 500 meter dari sempadan sungai di luar radius tersebut.
Larangan lain berupa tidak diperbolehkannya aktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah mengingat potensi lontaran batu pijar yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Masyarakat diminta mewaspadai potensi awan panas, aliran lahar, dan guguran lava yang dapat mengikuti alur lembah sungai seperti Besuk Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Bang, hingga anak-anak sungainya.
PVMBG sebelumnya menaikkan status dari level II atau “Waspada” menjadi level III atau “Siaga” pukul 16.00 WIB sebelum kembali meningkatkan level ke “Awas” satu jam setelahnya akibat kondisi yang semakin tidak stabil.
Pemerintah Kabupaten Lumajang akan memberlakukan status tanggap darurat selama tujuh hari mulai 19 hingga 26 November 2025 untuk memastikan pos komando bisa bekerja optimal dalam penanganan darurat bencana.***