Deretan nama-nama kardinal calon pengganti Paus Fransiskus yang akan dibahas di artikel ini dianggap layak menempati posisi suci di Vatikan karena kompetensi dan kariernya yang luar biasa dalam memimpin Gereja Katolik.
Rumor mengenai kemungkinan Paus Fransiskus mengundurkan diri semakin santer terdengar, terutama di tengah kondisi kesehatannya yang disebut-sebut menurun.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, menegaskan bahwa spekulasi tersebut adalah tidak benar dan sama sekali tidak memiliki dasar yang kuat.
Meski begitu, di tahun 2013, atau di tahun pertama saat dirinya menjabat, Paus Fransiskus rupanya telah menyiapkan surat pengunduran diri, yang akan ia gunakan jika suatu saat dirinya tidak lagi mampu menjalankan tugas sebagai pemimpin Gereja Katolik.
Di tengah ketidakpastian ini, muncul pertanyaan besar, “Siapa yang akan menjadi pengganti Paus Fransiskus jika ia wafat atau mengundurkan diri?”
Deretan Kardinal Calon Pengganti Paus Fransiskus Jika Wafat atau Mengundurkan Diri
Ada beberapa kardinal calon pengganti Paus Fransiskus yang dianggap layak menduduki posisi tertinggi di Vatikan.
Mereka memiliki kompetensi, pengalaman, serta perjalanan karier luar biasa dalam kepemimpinan Gereja Katolik. Menariknya, salah satu di antaranya berasal dari Filipina, tetangga Indoensia yang memang terkenal sebagai negara dengan populasi Katolik terbesar di Asia.
Siapa saja mereka? Berikut daftar nama-nama yang berpotensi menjadi penerus Paus Fransiskus berdasarkan New York Post:
1. Kardinal Pietro Parolin
Sebagai Sekretaris Negara Vatikan selama lebih dari satu dekade, Kardinal Pietro Parolin adalah kandidat utama dalam daftar kardinal calon pengganti Paus Fransiskus.
Ia dikenal sebagai tokoh moderat di dunia politik Gereja dan memiliki rekam jejak panjang di bidang diplomasi Vatikan.
Parolin memulai kariernya dengan bertugas di Nunsiatur Apostolik di Nigeria dan Meksiko sebelum akhirnya diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2014.
Jika terpilih, ia diprediksi akan melanjutkan visi kepausan yang telah dijalankan oleh Fransiskus.
2. Kardinal Win Eijk
Berbeda dengan Parolin, Kardinal Win Eijk dikenal sebagai sosok konservatif di dalam Gereja Katolik.
Ia menjadi salah satu kardinal calon pengganti Paus Fransiskus yang sering mengkritik kebijakan Paus saat ini, terutama terkait isu pernikahan sipil dan akses kaum Protestan terhadap Ekaristi.
Eijk adalah salah satu penulis buku berjudul “Sebelas Kardinal Berbicara tentang Pernikahan dan Keluarga” pada 2015, yang menentang kebijakan Paus Fransiskus mengenai pernikahan ulang tanpa pembatalan sebelumnya.
Ia diangkat menjadi kardinal pada 2012 oleh Paus Benediktus XVI.
3. Kardinal Peter Erdo
Kardinal Peter Erdo dari Hungaria telah lama menjadi figur penting dalam dinamika politik gereja.
Sama seperti Kardinal Win Eijk, sebagai seorang konservatif, ia menolak pemberian Komuni Kudus kepada umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi.
Selain itu, Erdo juga menentang kebijakan negara-negara Eropa yang menerima pengungsi, dengan alasan bahwa langkah tersebut dapat membuka peluang bagi perdagangan manusia.
Ia ditunjuk sebagai kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada 2003 dan masuk dalam daftar kardinal calon pengganti Paus Fransiskus dengan pandangan konservatif yang kuat.
4. Kardinal Fridolin Ambongo Besungu
Sebagai Presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar, Kardinal Fridolin Ambongo Besungu mendapat perhatian luas ketika ia menolak kebijakan Paus Fransiskus terkait doktrin Fiducia Supplicans, yang memperbolehkan pemberkatan bagi pasangan yang belum menikah dan pasangan sesama jenis.
Kapusin konservatif ini menyatakan bahwa ajaran tersebut tidak dapat diterapkan di Afrika.
Meskipun bersikap kritis terhadap beberapa kebijakan Paus, ia tetap mendapat dukungan dari Paus Fransiskus, yang mengangkatnya sebagai kardinal pada 2019.
Oleh karena itu lah, Kardinal Fridolin Ambongo Besungu dianggap layak menjadi kardinal calon pengganti Paus Fransiskus di Vatikan.
5. Kardinal Luis Antonio Tagle
Kardinal asal Filipina, Luis Antonio Tagle, sering disebut sebagai Paus Fransiskus dari Asia karena pemikirannya yang progresif.
Saat ini, ia menjabat sebagai wakil prefek Bagian Evangelisasi Pertama di Departemen Evangelisasi Vatikan.
Tagle dikenal vokal dalam mengkritik perlakuan Gereja terhadap komunitas LGBT, janda cerai, dan ibu tunggal. Dalam wawancara tahun 2015, ia menyebut sikap konservatif Gereja terhadap kelompok-kelompok tersebut dapat menghambat misi penyebaran Injil.
Jika terpilih sebagai kardinal calon pengganti Paus Fransiskus, ia akan menjadi Paus pertama yang berasal dari Asia.
6. Kardinal Raymond Burke
Sebagai tokoh konservatif terkemuka dalam Gereja Katolik, Kardinal Raymond Burke dikenal sebagai pendukung kuat Misa Latin dan sering mengkritik Paus Fransiskus yang dianggapnya terlalu liberal.
Burke secara terbuka menentang kebijakan Gereja yang lebih inklusif terhadap kaum LGBT, penggunaan kontrasepsi, serta pernikahan sipil.
Ia diangkat menjadi kardinal pada 2010 oleh Paus Benediktus XVI dan kerap disebut dalam daftar kardinal calon pengganti Paus Fransiskus dari kalangan konservatif.
7. Kardinal Mario Grech
Sebagai Sekretaris Jenderal Sinode Uskup saat ini, Kardinal Mario Grech dikenal sebagai sosok moderat dalam hierarki Gereja Katolik.
Ia sering berbicara tentang pentingnya menjangkau umat yang selama ini merasa dikucilkan, baik karena status perkawinan maupun orientasi seksual mereka.
Dalam pidatonya pada Sidang Umum Luar Biasa Sinode Para Uskup 2014, Grech menekankan perlunya keseimbangan antara menjaga tradisi gereja dan memberikan ruang bagi kreativitas dalam menjangkau umat.
Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal pada 2020.
8. Kardinal Matteo Zuppi
Kardinal Matteo Zuppi saat ini menjabat sebagai Presiden Konferensi Episkopal Italia serta Uskup Agung Bologna.
Sebagai orang dalam di lingkaran Paus Fransiskus, ia sering diberikan tugas diplomatik penting, termasuk misi perdamaian ke Ukraina pada 2023.
Dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Paus, Zuppi diprediksi akan melanjutkan visi reformasi Fransiskus jika terpilih.
Ia diangkat menjadi kardinal pada 2019 dan menjadi salah satu kandidat kuat dalam daftar kardinal calon pengganti Paus Fransiskus.