JAKARTA – Ledakan di SMAN 72 Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025), menjadi tragedi besar yang mengguncang publik dan memunculkan berbagai spekulasi.
Insiden yang terjadi saat salat Jumat ini menimbulkan 55 korban luka, di mana 33 di antaranya masih dirawat di rumah sakit.
Polisi, Densus 88, dan Tim Gegana turun langsung melakukan penyelidikan intensif di lokasi kejadian.
Berikut 9 fakta penting dan terbaru dari ledakan SMA 72 Jakarta yang hingga kini masih menjadi sorotan nasional.
1. Pelaku Diduga Korban Bullying di Sekolah
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan bahwa pelaku berasal dari lingkungan sekolah yang sama.
“Informasi sementara, masih lingkungan sekolah tersebut,” katanya.
Pelaku berinisial F, siswa kelas XII, disebut teman-temannya kerap menjadi korban perundungan dan mulai menunjukkan perilaku tertutup beberapa hari sebelum ledakan terjadi.
2. Ledakan Terjadi Saat Salat Jumat
Kejadian berlangsung di masjid sekolah saat khotbah Jumat berlangsung.
Ledakan pertama terjadi di dalam masjid, diikuti suara kedua di luar.
Siswa panik berlarian keluar, beberapa mengalami luka bakar, gangguan pendengaran, dan shock akibat suara ledakan yang keras.
3. Polisi Temukan Dua Senjata Rakitan
Dua senjata api rakitan ditemukan di lokasi, namun setelah pemeriksaan, senjata itu ternyata mainan.
“Kita temukan jenis senjatanya senjata mainan, ada tulisan-tulisan tertentu,” jelas Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Fakta ini menegaskan bahwa motif pelaku bukan serangan bersenjata murni, melainkan simbolik dan emosional.
4. Tulisan “Welcome to Hell” di Senjata
Polisi menemukan tulisan mencolok “Welcome to Hell” di salah satu senjata mainan yang diduga digunakan pelaku.
Kalimat itu diyakini mencerminkan kemarahan dan keputusasaan pelaku terhadap lingkungan sekitarnya, sekaligus menjadi pesan simbolik yang memperkuat dugaan tindakan ini dipicu dendam pribadi.
5. Densus 88 Dalami Dugaan Unsur Terorisme
Meski aksi ini diduga dilakukan oleh pelaku tunggal, Densus 88 Antiteror Polri tetap menyelidiki kemungkinan adanya unsur terorisme atau keterlibatan pihak lain.
“Hingga saat ini, Densus 88 masih melakukan pendalaman apakah insiden tersebut terdapat unsur terorisme atau tidak,” ujar AKBP Mayndra Eka Wardhana.
6. Puluhan Korban Alami Luka Serius dan Trauma Psikologis
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Bhudi Hermanto, korban mengalami luka bakar, goresan, dan gangguan pendengaran.
Sementara Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah menyebut tujuh korban harus dioperasi, dan sebagian lainnya dirawat inap.
“Sebagian anak sudah bisa pulang, tapi banyak yang masih membutuhkan pendampingan psikologis,” katanya.
7. Tim Gegana Selesaikan Olah TKP Hingga Malam
Proses olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh Tim Gegana Brimob Polri berlangsung hingga malam hari. Mereka membawa beberapa koper hitam berisi barang bukti, termasuk serpihan bahan peledak dan potongan logam dari lokasi.
“Giat olah TKP dinyatakan selesai jam 21.00 WIB,” ujar Kombes Bhudi Hermanto, namun hasil akhir masih menunggu analisis laboratorium forensik.
8. Tulisan Nama Pelaku Teror
Di tubuh senjata itu tertera tiga nama: Brenton Tarrant, Alexandre Bissonnette, dan Luca Traini — sosok-sosok yang dikenal dunia sebagai pelaku teror beraliran Neo-Nazi.
Ketiga nama itu seakan menjadi simbol gelap dari tragedi yang pernah mengguncang tiga negara berbeda.
Brenton Tarrant, pria kelahiran Australia berusia 28 tahun, adalah pelaku dua penembakan brutal di Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019.
Luca Traini berasal dari Italia dan dikenal sebagai pelaku penembakan di Macerata pada 3 Februari 2018.
Nama ketiga, Alexandre Bissonnette, adalah pelaku penembakan di Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Kanada, pada 29 Januari 2017.
9. Tulisan Misterius ‘1189
Berdasarkan laporan beberapa sumber, angka “1189” tersebut tertulis di bagian pegangan depan benda tersebut, bersama dengan tulisan lainnya seperti “Welcome to hell” dan “For Agartha”.
Angka ini menarik perhatian karena juga tertulis pada senjata yang digunakan oleh Brenton Tarrant, pelaku teror penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada tahun 2019.
Hal ini merujuk pada ideologi ekstremis atau referensi sejarah tertentu yang dianut oleh pelaku terorisme.
Pihak kepolisian masih mendalami motif terduga pelaku dalam insiden ledakan di SMAN 72 tersebut, termasuk makna di balik tulisan-tulisan yang ditemukan.***




