JAKARTA – Eksekusi mati terhadap Majid Mosayebi yang dituduh menjadi mata-mata Mossad, dinas intelijen Israel, berlangsung hanya beberapa jam setelah Iran diguncang serangan udara terhadap dua fasilitas nuklir strategisnya.
Peristiwa ini menandai peningkatan tajam dalam ketegangan antara Iran dan blok sekutunya Amerika Serikat dan Israel.
Menurut laporan eksklusif dari Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw, Mosayebi—yang diketahui merupakan putra dari Rajabali—dieksekusi pada Minggu dini hari, 22 Juni 2025.
Meski lokasi persis pelaksanaan eksekusi tidak diungkap ke publik, sumber internal menyatakan proses itu berlangsung diam-diam, tanpa pengumuman resmi sebelumnya terkait penahanan Mosayebi.
Kantor berita resmi Iran yang terafiliasi dengan pengadilan, Mizan News Agency, mengonfirmasi eksekusi itu, menyatakan bahwa Mahkamah Agung Iran telah menguatkan vonis hukuman mati.
Dalam laporannya, Mizan menyebut Mosayebi terlibat aktif dalam “menjalin komunikasi reguler dengan intelijen Israel dan menyampaikan laporan mingguan kepada agen bernama David.”
Pengadilan Revolusi di Isfahan menjatuhkan vonis berdasarkan tuduhan berat, termasuk “moharebeh” (memerangi Tuhan) dan “efsad fel-arz” (korupsi di muka bumi), yang dikaitkan dengan kerja sama intensif bersama pemerintah asing yang dianggap musuh negara.
Seperti diunggah Hengaw di akun Instagram, Senin (23/6/2025), tuduhan ini biasa digunakan rezim Teheran terhadap individu yang dituduh menjadi mata-mata atau oposisi.
Eksekusi ini memicu sorotan karena waktunya yang sangat dekat dengan serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat terhadap instalasi nuklir utama Iran di Natanz (Provinsi Isfahan) dan Fordow (Provinsi Qom).
Hengaw sebelumnya sudah mewanti-wanti bahwa otoritas Iran kerap mempercepat eksekusi terhadap tahanan dengan dakwaan spionase saat situasi militer memanas, sebagai bentuk “demonstrasi kekuatan dan pembalasan simbolik”.
Pola ini, menurut para analis keamanan internasional, menjadi sinyal bahwa Teheran tidak hanya bereaksi terhadap serangan luar, tetapi juga mengelola narasi kekuasaan di dalam negeri dengan menampilkan langkah tegas terhadap ‘pengkhianat negara’ dalam momen krisis.
Eksekusi ini juga menyorot kembali praktik pengadilan tertutup dan hukuman mati yang diterapkan tanpa pengawasan transparan.
Banyak organisasi hak asasi manusia menyerukan komunitas internasional untuk menyoroti dan menekan Iran terkait praktik eksekusi cepat yang dianggap sebagai pembungkaman politik, terutama dalam suasana konflik geopolitik yang memanas.
“Mosayebi secara terus-menerus menjalin kontak dengan intelijen Israel dan mengirimkan laporan mingguan kepada seorang penutur yang dikenal sebagai David,” — Mizan News Agency.***