JAKARTA – Mantan anggota pasukan khusus Amerika Serikat, yang dikenal sebagai otak di balik operasi pembunuhan Osama bin Laden, kembali menjadi sorotan. Kali ini, ia mengungkapkan kesiapannya untuk menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Pernyataan kontroversial ini memicu perbincangan hangat di kalangan analis politik dan keamanan global.
Dalam wawancara eksklusif dengan media internasional, mantan prajurit elite tersebut, yang identitasnya dirahasiakan demi keamanan, blak-blakan soal misi berani yang pernah ia jalani.
“Saya yang mengeksekusi Osama, dan saya siap melakukan hal serupa untuk Khamenei jika diperintahkan,” ujarnya, seperti dikutip langsung dari sumber asli. Pernyataan ini sontak menarik perhatian dunia, mengingat sensitivitas hubungan diplomatik antara AS dan Iran yang terus memanas.
Latar Belakang dan Kontroversi
Pria ini adalah bagian dari Navy SEAL Team Six, unit elit yang sukses melumpuhkan pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden, pada 2011 di Abbottabad, Pakistan. Operasi tersebut menjadi salah satu tonggak sejarah dalam perang melawan terorisme global. Kini, pernyataannya soal Khamenei memicu spekulasi: apakah ini sinyal dari AS untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran, atau sekadar opini pribadi seorang veteran?
Analis politik menilai, pernyataan ini bisa memperkeruh hubungan AS-Iran yang sudah tegang akibat sanksi ekonomi, konflik di Timur Tengah, dan negosiasi nuklir yang buntu. “Ucapan seperti ini, meski dari individu, bisa dimanfaatkan sebagai propaganda oleh pihak tertentu,” kata Dr. John Miller, pakar hubungan internasional dari Universitas Georgetown.
Reaksi Dunia dan Implikasi Keamanan
Pernyataan eks pasukan khusus ini langsung menuai respons beragam. Di Iran, media lokal mengecam keras ancaman tersebut, menyebutnya sebagai “provokasi terang-terangan” dari Barat. Sementara itu, di AS, beberapa politikus mendesak agar pemerintah menjaga jarak dari pernyataan tersebut untuk menghindari eskalasi konflik.
“Khamenei adalah figur sentral di Iran, dan ancaman terhadapnya bisa memicu reaksi keras dari Teheran,” ujar seorang sumber intelijen yang enggan disebutkan namanya. Iran sendiri diketahui memiliki sistem keamanan ketat untuk melindungi pemimpin tertingginya, membuat misi semacam itu nyaris mustahil tanpa dukungan operasi skala besar.
Konteks Geopolitik yang Memanas
Konflik AS-Iran terus menjadi sorotan dunia. Dari pembunuhan jenderal Qassem Soleimani pada 2020 hingga ketegangan di Selat Hormuz, hubungan kedua negara terus berada di ujung tanduk. Ancaman terhadap Khamenei, meski berasal dari individu, menambah bahan bakar pada situasi yang sudah rawan.
Menurut laporan terbaru, Iran sedang memperkuat aliansi dengan Rusia dan Tiongkok sebagai respons atas tekanan AS. Sementara itu, Washington terus menegaskan komitmennya untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, sebuah isu yang menjadi inti perseteruan kedua negara.
Siapa di Balik Ancaman Ini?
Eks anggota Navy SEAL ini dikenal sebagai sosok yang penuh misteri. Setelah operasi bin Laden, ia memilih menjaga jarak dari sorotan publik, namun sesekali muncul dengan pernyataan-pernyataan kontroversial. “Saya yang mengeksekusi Osama, dan saya siap melakukan hal serupa untuk Khamenei jika diperintahkan,” katanya, menegaskan kesiapannya untuk misi berisiko tinggi.
Meski pernyataannya bombastis, para ahli menilai peluang misi semacam itu sangat kecil. “Ini lebih merupakan pernyataan untuk menarik perhatian ketimbang rencana nyata,” kata Michael O’Hanlon, analis keamanan dari Brookings Institution.
Pernyataan ini kemungkinan akan terus menjadi bahan perbincangan, baik di ranah politik maupun media sosial. Dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.