PEKANBARU – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melakukan inspeksi langsung ke pusat penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berlokasi di Landasan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Senin (28/7/2025).
Tinjauan ini dilakukan menyusul potensi meningkatnya risiko kebakaran di musim kemarau tahun ini. Dalam kunjungan itu, Wapres menerima paparan komprehensif mengenai perkembangan terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kata kunci seperti Wapres Gibran, karhutla Riau, titik api, posko penanggulangan kebakaran muncul di tiga paragraf pertama, memperkuat SEO dan daya jangkau berita.
Kunjungan ini sekaligus menjadi bentuk respon cepat pemerintah terhadap situasi darurat kebakaran hutan yang berulang setiap tahun di Sumatera.
Deputi Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, memaparkan berbagai langkah taktis yang telah diambil, termasuk penyemaian garam dalam skala besar untuk mendukung Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
“Ini Pak, kita sudah keluarkan sekian banyak garam, hampir 31 ton. Alhamdulillah 90 persen berhasil,” jelas Budi di hadapan Wapres.
Evaluasi Titik Api dan Dampak Nyata Operasi Modifikasi Cuaca
Menurut Budi, hasil operasi tersebut menunjukkan hasil signifikan.
Ia mengklaim tingkat kelembapan meningkat dan hujan buatan membantu membasahi wilayah yang rawan terbakar.
“Ini pak hujannya cukup tinggi, semuanya sudah terbasahi semuanya,” ujar Budi.
Tak hanya itu, ia juga mengonfirmasi bahwa saat ini Provinsi Riau dalam status tanpa titik api aktif.
“Alhamdulillah sudah tidak ada titik api di Riau ini bapak,” tegasnya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa indikator hotspot yang terdeteksi oleh satelit belum tentu menunjukkan adanya api sungguhan.
“Kita jangan terpaku sama hotspot, karena hotspot ini tidak diyakini kebenarannya 100 persen,” katanya.
Ia menambahkan bahwa sumber panas bisa berasal dari cerobong asap industri atau benda panas lainnya.
Kebakaran Didominasi Ulah Manusia, Bukan Faktor Alam
Lebih lanjut, Budi menyingkap bahwa kebakaran yang terjadi di Riau sebagian besar berasal dari aktivitas manusia.
“Berdasarkan hasil evaluasi, 90 persen kebakaran yang terjadi di Riau akibat ulah manusia,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, saat patroli udara dilakukan, lahan-lahan sawit milik perusahaan besar relatif aman, sementara lahan di sekitarnya terbakar.
“Jadi kita terbang di atas, yang punya sawit-sawit itu tidak ada yang terbakar, tapi samping kanan kirinya yang terbakar semuanya. Ini adalah ulah manusia,” katanya.
Kehadiran Wapres Gibran menunjukkan komitmen pemerintah pusat dalam mendukung upaya penanggulangan karhutla, yang menjadi ancaman tahunan di berbagai wilayah Indonesia.***




