JAKARTA – Sebanyak 20,9% anak Indonesia tumbuh tanpa sosok ayah, atau mengalami fenomena fatherless, menurut data UNICEF. Kondisi ini menjadi alarm bagi pembentukan karakter dan jiwa kepemimpinan generasi mendatang.
Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji menegaskan pentingnya kehadiran ayah untuk mencegah lahirnya strawberry generation yang rapuh. “Saya tidak mengatakan ini secara pribadi, tetapi data dari UNICEF menunjukkan bahwa 20,9 persen anak Indonesia mengalami fatherless, atau kehilangan sosok ayah,” ungkap Wihaji dalam dialog Laporan 8 Petang Garuda.TV, Senin (4/8/2025).
Ia menyoroti bahwa kehadiran ayah bukan hanya soal kebutuhan materi, tetapi juga sentuhan psikologis yang krusial bagi perkembangan anak. Fenomena *fatherless* ini, menurut Wihaji, berdampak signifikan terhadap kemampuan kepemimpinan anak.
“Secara keilmuan, ketika seorang anak kehilangan sosok ayah, ternyata hal itu berpengaruh terhadap kemampuan leadership seseorang. Ada argumen yang menyebut bahwa hal ini menjadi salah satu penyebab lahirnya strawberry generation generasi yang rapuh dan tidak tangguh,” tambahnya.
Wihaji menekankan bahwa anak-anak membutuhkan figur ayah yang hadir secara emosional, bukan hanya fisik. Ia mengusulkan gerakan “Ayah Telat dan Indonesia” untuk memperkuat peran ayah dalam keluarga.
“Mereka tidak hanya butuh uang saku atau dibayarkan kebutuhannya, tetapi mereka juga membutuhkan perhatian emosional,” jelasnya.
Selain itu, Wihaji mengkritik pengaruh teknologi, khususnya handphone, yang kini menjadi “orang tua baru” bagi anak-anak. Dengan rata-rata penggunaan handphone 7,8 jam per hari di Indonesia, ia memperingatkan bahwa ketergantungan pada teknologi dapat menggantikan peran orang tua. “Kalau tidak hati-hati, handphone bisa menjadi ‘orang tua’ baru bagi anak-anak,” tegasnya.
Untuk mengatasi krisis ini, Wihaji mengajak para ayah menjadi teladan. Ia mencontohkan pentingnya bonding time, seperti mengantar anak ke sekolah, untuk membangun keterikatan emosional.
“Anak-anak hari ini, terutama generasi alpha, sangat kritis. Mereka butuh teladan, bukan hanya nasihat,” tuturnya.
BKKBN berharap kementerian terkait segera mengambil langkah untuk menangani fenomena fatherless ini, demi menyiapkan generasi penerus yang tangguh dan berkarakter kuat.




