GAZA CITY, PALESTINA – Israel menggempur tenda jurnalis di Gaza, menewaskan wartawan Al Jazeera Anas al-Sharif dan empat rekannya dalam serangan udara mematikan dekat Rumah Sakit al-Shifa, Minggu malam (10/8/2025). Tujuh orang tewas dalam serangan yang menyasar titik kumpul media.
Anas al-Sharif, jurnalis berusia 28 tahun yang dikenal atas laporan mendalamnya dari Gaza utara, menjadi salah satu korban dalam serangan yang disebut sebagai “fire belts” oleh Israel.
Beberapa saat sebelum kematiannya, al-Sharif memposting di platform X, “Israel melancarkan serangan intensif dan terkonsentrasi, dikenal sebagai ‘fire belts,’ di bagian timur dan selatan Kota Gaza.” Dalam video terakhirnya, ledakan keras dari serangan misil Israel terdengar, dengan langit malam dipenuhi kilatan oranye.
Dalam pesan terakhirnya tertanggal 6 April 2025, al-Sharif menulis, “Saya telah mengalami rasa sakit secara mendalam serta duka dan kehilangan berulang kali.” Pesan ini mencerminkan beban emosional yang ia tanggung selama meliput konflik di Gaza.
Serangan ini memicu kecaman luas dari komunitas jurnalis dan organisasi hak asasi manusia. Al Jazeera menyebut insiden ini sebagai “pembunuhan terarah” terhadap wartawannya.
Sementara itu, militer Israel mengklaim al-Sharif adalah anggota Hamas yang menyamar sebagai jurnalis, tuduhan yang dibantah keras oleh Al Jazeera dan kelompok jurnalis. Bukti yang diajukan Israel dinilai tidak meyakinkan oleh para pengamat.
Insiden ini menambah daftar panjang wartawan yang tewas dalam konflik Gaza, menyoroti bahaya yang dihadapi pekerja media di zona perang. Menurut laporan, serangan di dekat Rumah Sakit al-Shifa juga menyebabkan dua kematian lainnya, termasuk seorang petugas rumah sakit.
Konteks Konflik Gaza dan Ancaman terhadap Jurnalis
Serangan ini terjadi di tengah eskalasi kekerasan di Gaza, dengan Israel melancarkan operasi militer intensif. Pelaporan dari garis depan, seperti yang dilakukan al-Sharif, kerap menjadi sasaran karena dianggap mengungkap realitas konflik. Organisasi pembela kebebasan pers menyerukan investigasi independen untuk mengusut kematian para jurnalis ini
Tanggapan Komunitas Internasional
DPR Indonesia mengutuk rencana Israel untuk menguasai Gaza, menyebutnya sebagai tindakan “keji.” Sementara itu, Jerman dilaporkan menghentikan pengiriman senjata ke Israel terkait rencana tersebut, menandakan meningkatnya tekanan internasional terhadap operasi militer Israel.
Tragedi ini tidak hanya merenggut nyawa jurnalis berbakat, tetapi juga menegaskan pentingnya perlindungan terhadap pekerja media di wilayah konflik. Dunia kini menanti langkah konkret untuk memastikan keadilan bagi Anas al-Sharif dan rekan-rekannya.




