JAKARTA – Harga emas dunia kembali mencetak sejarah dengan menembus level tertinggi sepanjang masa.
Pada Selasa (2/9/2025), logam mulia ini diperdagangkan di kisaran USD3.508 per troy ons, melampaui ekspektasi para pelaku pasar.
Kenaikan harga emas dunia ini menimbulkan optimisme baru di kalangan investor.
Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menegaskan tren bullish ini masih berpotensi berlanjut.
“Diperkirakan pada September ini level harga emas bisa mencapai USD3.600 per troy ons,” ujarnya, Selasa (2/9/2025).
Faktor utama yang mendorong reli emas adalah aksi bank-bank bullion global yang terus memperbesar cadangan emas mereka sebagai bentuk lindung nilai (hedging).
Di saat bersamaan, permintaan dari masyarakat hingga korporasi juga meningkat, menjadikan emas sebagai instrumen paling diminati di tengah gejolak global.
Harga Emas Antam Ikut Bergerak
Di pasar domestik, harga emas batangan Antam terpantau di posisi Rp2.009.000 per gram, sedikit terkoreksi dari level sebelumnya Rp2.011.000 per gram pada Senin (1/9/2025). Meski begitu, tren jangka menengahnya masih berpotensi menguat.
Menurut Ibrahim, emas Antam berpeluang menembus level Rp2.150.000 per gram apabila harga emas dunia benar-benar menembus USD3.600 per troy ons.
“Ini terjadi jika harga emas dunia naik ke level USD3.600 per troy ons,” tegasnya.
Geopolitik dan Kebijakan Moneter Jadi Pemicu
Ibrahim juga menyoroti faktor eksternal yang membuat harga emas melonjak tajam.
Konflik geopolitik menjadi penyumbang terbesar, terutama eskalasi perang Rusia-Ukraina yang kembali memanas dan ketegangan di Timur Tengah.
Kondisi semakin kompleks setelah Israel melancarkan serangan yang menewaskan Perdana Menteri Yaman dari kelompok Houthi serta intensifnya gempuran di Jalur Gaza. Situasi ini memperkuat posisi emas sebagai aset safe haven.
Selain itu, dinamika politik Amerika Serikat juga memberi pengaruh. Pemecatan Gubernur The Fed, Lisa Cook, serta meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga mendorong investor global mengalihkan aset ke emas.
Sementara itu, langkah Tiongkok menunjukkan kekuatan di kawasan Asia dalam momentum peringatan nasionalnya juga memperbesar ketidakpastian geopolitik, terutama terkait rivalitas dengan AS.***




