JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari ini di zona hijau setelah sepanjang sesi bergerak stabil di Bursa Efek Indonesia.
Pada penutupan Kamis (2/10/2025), IHSG terkerek 0,34 persen atau setara 27,26 poin ke level 8.071.
Meskipun indeks naik, tercatat 356 saham melemah, 339 saham menguat, sementara 261 saham lainnya stagnan di harga sebelumnya.
Sektor barang konsumen sekunder menjadi motor utama penguatan dengan lonjakan 2,24 persen, sedangkan sektor transportasi dan logistik justru tertekan dengan koreksi 0,31 persen.
Berbeda dengan IHSG, indeks LQ45 yang berisi saham unggulan justru cenderung melemah, terutama karena tekanan dari saham EXCL, SMGR, ANTM, BBRI, dan PGAS.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang usai DPR mengesahkan RUU BUMN menjadi Undang-Undang.
“Hal ini diharapkan dapat mendorong transparansi Badan Pengaturan (BP) BUMN,” kata Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Kamis (2/10/2025).
Aktivitas perdagangan hari ini cukup tinggi, dengan volume mencapai 42,15 miliar lembar saham, frekuensi 2,59 juta kali transaksi, dan nilai transaksi Rp26,81 triliun, sehingga kapitalisasi pasar menembus Rp14.934 triliun.
Penguatan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa Asia yang kompak menguat, dengan KOSPI Korea Selatan menjadi pemimpin reli dengan lonjakan 2,7 persen.
“Sentimen investor membaik di tengah harapan pelonggaran lebih lanjut kebijakan moneter di Amerika Serikat,” ujar Tim Analis Phillip Sekuritas Indonesia.
Optimisme investor juga dipicu prospek pertumbuhan global, khususnya dari sektor teknologi dan perdagangan internasional.
Di Korea Selatan, saham raksasa teknologi seperti Samsung Electronics dan SK Hynix meroket usai mengumumkan kemitraan strategis dengan OpenAI.
“Perusahaan Korea Selatan kerja sama mamasok memory chip canggih untuk data center. Serta untuk platform infrastruktur kecerdasan buatan di Korea Selatan,” ucap Tim Phillip Sekuritas.
Selain faktor global, investor turut mencermati data ekonomi Korea Selatan, di mana inflasi tahunan tercatat naik 2,1 persen serta neraca perdagangan yang menunjukkan tekanan baru pada harga-harga.***