JAKARTA – Tanggal 18 November menyimpan lembaran sejarah gemilang, baik di ranah nasional maupun internasional. Di antara sorotan utama hari ini, berdirinya Muhammadiyah sebagai pilar utama gerakan Islam di Indonesia menonjol sebagai tonggak perjuangan keagamaan yang menginspirasi jutaan umat hingga kini.
Menurut berbagai catatan sejarah, momen-momen penting ini tidak hanya mencatat perubahan politik, tetapi juga transformasi sosial dan budaya yang membentuk dunia modern.
Muhammadiyah: Fondasi Gerakan Islam Progresif di Indonesia
Pada era kolonial Belanda yang penuh tantangan, lahir sebuah organisasi yang mengubah wajah umat Islam Indonesia. Salah satu organisasi berbasis agama Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, didirikan pada 18 November 1912. Pendirinya, Kiai Haji Ahmad Dahlan, memulai perjuangan ini dari Kampung Kauman di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menjadi saksi semangat reformasi keagamaan.
Organisasi ini bukan sekadar himpunan pemeluk agama, melainkan mesin penggerak perubahan. Nama Muhammadiyah diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, sehingga para anggotanya dikenal sebagai pengikut Rasulullah. Inspirasi ini mengalir dari teladan Nabi, menjadikan anggotanya pelopor keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
Fondasi Muhammadiyah dibangun atas prinsip-prinsip yang murni. Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan ajaran-ajaran Islam dari Alquran. Pendekatan ini menekankan pemahaman rasional terhadap wahyu Ilahi, menjauhkan umat dari bidah dan takhayul yang saat itu masih marak.
Apa yang membuat Muhammadiyah tetap relevan hingga kini? Esensinya terletak pada visinya yang progresif. Gerakan Muhammadiyah bercirikan semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju serta terdidik. Ajaran Islam ditampilkan bukan sebagai agama yang statis, tetapi dinamis dan menjadi sistem kehidupan manusia dalam segala aspek. Jaringan sekolah, rumah sakit, dan program amal Muhammadiyah kini telah menyentuh puluhan juta jiwa, membuktikan kontribusinya di era modern.
Kiai Haji Ahmad Dahlan, ulama visioner yang lahir pada 1868, melihat pendidikan sebagai kunci kemajuan umat. Dari Kauman yang sederhana, ia membangun jembatan antara tradisi Islam klasik dengan tuntutan zaman modern, termasuk pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan. Kini, di usia 113 tahun, Muhammadiyah tetap menjadi motor moderasi beragama di tengah dinamika global.
Dampak Abadi: Dari 1912 ke Masa Depan
Sejak berdiri, Muhammadiyah telah memberi kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, mendukung pendidikan nasional, dan mempromosikan toleransi antarumat beragama. Organisasi ini kini memiliki puluhan juta anggota aktif dengan ribuan lembaga pendidikan di seluruh Indonesia.