JAKARTA – Jumlah korban jiwa akibat serangan Israel di Jalur Gaza resmi melampaui 70 ribu orang. Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu (30/11/2025) melaporkan tambahan 301 korban sejak Kamis, sehingga total mencapai 70.100 jiwa. Dua di antaranya tewas dalam serangan terbaru, sementara sisanya diidentifikasi dari jasad yang ditemukan di reruntuhan.
Israel belum memberikan komentar langsung terkait laporan tersebut, meski kerap mempertanyakan keakuratan data dari Gaza dan belum merilis perkiraan resmi.
Serangan udara Israel, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menyulitkan pencatatan korban. Pada awal perang, jenazah dihitung berdasarkan kedatangan di rumah sakit. Namun, otoritas Gaza kemudian menunda ribuan laporan kematian hingga pemeriksaan forensik dan medis selesai. Sejak gencatan senjata rapuh pada 10 Oktober, jumlah korban terus bertambah seiring ditemukannya jasad di reruntuhan.
Konflik bermula ketika militan Hamas menewaskan 1.200 orang, mayoritas warga sipil, serta menyandera 251 orang di Israel selatan. Serangan balasan Israel menghancurkan banyak keluarga. Moaz Mghari, warga Gaza, mengaku kehilangan 62 kerabatnya, termasuk orang tua dan empat saudara kandung, setelah dua bangunan tempat tinggal di kamp Bureij luluh lantak.
“Lalu saya mulai menyadari apa yang terjadi, saya kehilangan segalanya, saya kehilangan semua orang,” kata Mghari kepada Reuters.
Militer Israel membantah menargetkan warga sipil sejak awal konflik. Namun, pakar kesehatan masyarakat menilai Gaza sebelum perang memiliki sistem informasi kesehatan yang relatif kuat dibanding banyak negara Timur Tengah. PBB pun kerap mengutip data kementerian kesehatan Gaza dan menyebut angka tersebut kredibel.