JAKARTA – Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menegaskan bahwa bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat harus menjadi titik balik nasional untuk memperbaiki tata kelola hutan serta lingkungan hidup Indonesia secara fundamental.
Duka mendalam disampaikan Raja Juli Antoni kepada para korban bencana di tiga provinsi tersebut. Namun ia menilai perhatian publik yang kini tertuju pada tragedi ini sebagai momentum penting untuk melakukan introspeksi nasional.
“Kita mendapatkan momentum yang baik justru karena semua mata melihat, semua telinga mendengar, semua kita merasakan apa yang terjadi. Mudah-mudahan tidak melebar ke wilayah lain,” ujar Raja Juli Antoni di Jakarta.
Pernyataan tersebut selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menyoroti penebangan hutan liar tak terkendali sebagai salah satu pemicu utama banjir dan longsor.
“Jadi satu sisi kami menyampaikan duka yang mendalam, tapi ini juga momentum yang baik untuk melakukan evaluasi kebijakan. Pendulum ekonomi dan ekologi ini condong ke ekonomi, harus ditarik ke tengah lagi. Buktinya nyata untuk saudara-saudara kita. Itu fakta yang kita rasakan,” tegasnya.
Pemerintah langsung mengambil langkah nyata. Saat berkunjung ke Riau pada Sabtu ini, Raja Juli Antoni menyerahkan Surat Keputusan (SK) Hutan Adat di Kuantan Singingi sebagai bentuk pengakuan dan penguatan hak masyarakat adat atas wilayah kelola mereka.
“Masyarakat adat selama ini tersisihkan, padahal mereka adalah kelompok yang paling mampu menjaga hutan. Legalisasi ini memberi mereka ruang untuk berkontribusi,” jelasnya.
Di lokasi yang sama, Menhut juga meninjau progres restorasi Taman Nasional Tesso Nilo untuk memastikan habitat gajah sumatera seperti Domang dan keluarganya tetap terlindungi dari ancaman kerusakan lahan.
“Kedatangan saya dua hari ke Riau ini menjadi contoh apa yang kita kerjakan di tempat lain, termasuk di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan daerah lain,” tuturnya.
Raja Juli Antoni menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen memperbaiki pengelolaan hutan secara menyeluruh sebagai respons terhadap rangkaian bencana hidrometeorologi yang terus berulang di Pulau Sumatera.
“Evaluasi kebijakan hingga aksi lapangan akan dilakukan serentak di semua wilayah rawan,” pungkasnya.
Bencana banjir dan longsor di Sumatera dalam sepekan terakhir telah menewaskan puluhan orang, merusak ribuan rumah, dan memutus akses transportasi di sejumlah kabupaten.