JAKARTA – Banjir besar yang melanda sejumlah sentra perkebunan di Pulau Sumatera memunculkan kekhawatiran serius terhadap kelancaran pasokan komoditas strategis nasional seperti kelapa sawit, karet, dan tebu. Dampaknya tidak hanya dirasakan di sektor riil, tetapi juga membuat pelaku pasar modal semakin waspada menjelang penutupan tahun 2025.
Analis ekuitas PT Indo Premier Sekuritas memprediksi gangguan distribusi akibat banjir berpotensi memicu kenaikan harga pangan dan komoditas dalam waktu dekat. Kondisi ini dapat memperkecil ruang gerak Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga.
“Gangguan ini berpotensi meningkatkan inflasi, terutama kelompok makanan yang tidak stabil. Jika inflasi meningkat akibat masalah pasokan lokal, ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga akan semakin terbatas,” tegas Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Iman Gunadi, dalam keterangan resminya, Senin (1/12/2025).
IHSG Menguat Tipis, tapi Investor Asing Cabut Dana Rp765 Miliar
Meski berhasil mengakhiri pekan 24–28 November 2025 dengan kenaikan 1,12% ke level 8.508,71, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibayangi aksi jual besar-besaran investor asing. Sepanjang pekan lalu, tercatat capital outflow senilai Rp765 miliar.
“Meski IHSG menguat, capital outflow asing yang besar ini menjadi sinyal peringatan. Investor global masih wait and see terhadap stabilitas domestik kita,” tambah Iman Gunadi.
Di tengah tekanan tersebut, efek rebalancing indeks MSCI yang efektif 25 November 2025 masih menyisakan aliran dana masuk signifikan ke sejumlah saham big cap. Lima emiten dengan net buy tertinggi pekan lalu adalah:
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) – Rp6,83 triliun
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) – Rp4,426 triliun
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp3,209 triliun
- PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) – Rp1,189 triliun
- PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PTRO) – Rp969,2 miliar
Sentimen Natal-Tahun Baru Terancam Pudar
Banjir Sumatera datang pada waktu yang kurang tepat, menjelang musim libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Biasanya, periode ini menjadi pendorong utama sentimen positif pasar berkat stimulus belanja pemerintah melalui pencairan THR, bansos, dan peningkatan konsumsi masyarakat yang mendorong saham sektor ritel dan konsumsi.
Kombinasi risiko inflasi akibat gangguan pasokan dan potensi berkurangnya euforia Nataru membuat prospek window dressing akhir tahun kini dipertanyakan.
Namun demikian, perdagangan hari ini (1/12) dibuka optimistis. IHSG menguat 0,39% ke level 8.541,54 pada pembukaan, didukung rilis data inflasi November 2025 yang terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan hanya 0,17% (mtm), dan inflasi tahunan turun menjadi 2,72% (yoy) dari 2,86% pada Oktober 2025.
Para pelaku pasar kini menanti apakah data ekonomi yang solid ini cukup kuat untuk menahan tekanan banjir Sumatera dan aksi jual investor asing di sisa Desember 2025.