Dalam kondisi penuh keputusasaan setelah lebih dari satu minggu tanpa bantuan, warga Kemukiman Wih Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, berinisiatif membangun helipad darurat secara gotong royong pada Selasa (2/12/2025).
Upaya ini dilakukan agar helikopter dapat mendarat dan membawa bantuan logistik ke desa mereka yang terisolasi akibat banjir bandang dan longsor.
“Kami berharap dengan adanya helipad ini ada harapan untuk hidup, karena sudah lebih dari seminggu kami tidak mendapatkan bantuan—sebutir beras pun tidak,” ujar Badri Linge, salah satu warga, kepada Antara.
Desa Jamat merupakan satu dari 97 desa yang terisolasi di Aceh Tengah sejak bencana melanda pada 27 November 2025. Ratusan warga terdampak, termasuk balita, ibu hamil, dan lansia, kini berada pada kondisi darurat tanpa pasokan pangan maupun obat-obatan.
“Saat ini kami hanya punya dua harapan untuk hidup: pertolongan Allah dan bantuan dari Bapak Prabowo,” tambah Badri. “Kami merasa kematian sudah di depan mata.”
Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, menyebut Kecamatan Linge sebagai wilayah paling parah terdampak. Kabupaten Aceh Tengah mengalami dampak di 75% wilayah, dengan 22 orang meninggal dan 23 orang masih hilang.
Meski pemerintah telah mengirimkan bantuan via udara, jumlah yang diterima masih jauh dari cukup. Dalam wawancara dengan Kompas TV, Bupati Haili menyatakan bantuan yang masuk “tidak cukup untuk satu hari pun” untuk memenuhi kebutuhan 295 desa di 14 kecamatan terdampak.
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tengah, Andalila, mengatakan bantuan beras yang masuk pada Senin (1/12) hanya 6,5 ton, sementara akses BBM, LPG, dan air bersih sangat terbatas. Kondisi diperburuk oleh padamnya listrik dan putusnya jaringan komunikasi.
Presiden RI Prabowo Subianto yang meninjau lokasi bencana di Aceh Tenggara pada Senin (1/12) menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan dukungan maksimal. Pemerintah telah mengerahkan helikopter dan pesawat Hercules TNI untuk menjangkau wilayah terisolasi dan mempercepat distribusi bantuan.