Direktur Eksekutif Koperasi Garudayaksa Nusantara, Muliandy Nasution, menjadi salah satu narasumber pada AAA Conference 1.0 di Wisma Danantara, Jumat (5/12). Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan strategi besar pemerintah melalui koperasi untuk mengorganisir UMKM dan memperbaiki sistem penyaluran bantuan negara.
Ia menyoroti kurangnya data mengenai jumlah UMKM yang ada di Indonesia padahal UMKM adalah tuilant punggung perekonomian negara.
“Yang selama ini kita remehkan, kita anggap sepele, justru adalah UMKM dan koperasi. Kita selalu bicara UMKM, UMKM, UMKM — tapi kita tidak pernah mengorganisir, dan yang lebih parah: kita bahkan tidak punya data yang jelas. Pertanyaan sederhana: ada berapa penjual gorengan di Indonesia? Ada berapa tukang bakso? Ada berapa warung kelontong? Tidak ada yang tahu pasti.”
Inilah alasan utama Presiden Prabowo Subianto membentuk Koperasi Desa Merah Putih di setiap desa/kelurahan se-Indonesia. Menurutnya target 82.000 koperasi bukan target yang sulit.
“Targetnya 82.000 koperasi — satu koperasi per desa. Ini bukan angka kosong. Ini 82.000 lilin kecil yang semuanya akan menyala, aktif berusaha, dan menjadi penopang nyata perekonomian Indonesia dari bawah,” jelas Muliandy.
Keunggulan utama koperasi menurutnya adalah data anggota yang akurat (by name, by address, by skill). Dengan database yang akurat, akan membuat bantuan jadi tepat sasaran.
“Kalau pemerintah mau salurkan subsidi pupuk, bansos, BLT, atau program lain — langsung lewat koperasi. Tidak ada lagi bantuan salah sasaran, tidak ada lagi penerima fiktif, tidak ada lagi dual database,” tegasnya.
Ia mencontohkan:
- Koperasi nelayan → data jelas siapa nelayan aktif, kapal, alat tangkap
- Koperasi petani → data lahan, jenis tanaman, kebutuhan pupuk
- Koperasi pekerja migran → data skill, tujuan negara, perlindungan
“Dalam 5–10 tahun ke depan, kita harapkan tidak ada lagi cerita ‘bantuan salah alamat’,” tambahnya.
Koperasi Garudayaksa Nusantara Jadi Contoh Nyata
Muliandy menunjukkan bahwa Koperasi Garudayaksa Nusantara (didirikan sejak era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono) sudah membuktikan model ini berhasil.
“Sama seperti program Makan Bergizi Gratis yang awalnya banyak diskeptis, tapi sekarang semua mau ikut — koperasi juga begitu. Awalnya banyak yang ragu, tapi sekarang sudah terbukti jalan dan terus berkembang.”
Muliandy mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bergabung dengan koperasi.
“Mumpung koperasi-koperasi ini masih ‘kertas putih’, masih sangat fleksibel — ini saat yang tepat untuk masuk.
Kalian bisa jadi pionir, bisa bentuk sesuai kebutuhan desa masing-masing: koperasi digital, koperasi ekraf, koperasi pariwisata, apa saja.
Kalau 2–3 tahun lagi baru ikut, sudah telat — sudah tidak sefleksibel sekarang.”
“Jadi saran saya: segera cari koperasi di desa atau kelurahan kalian, daftar jadi anggota, bahkan jadi pengurus. Ini program Pak Prabowo yang pasti berjalan,” tutupnya.
