JAKARTA – BMKG mengumumkan peringatan cuaca ekstrem, adanya potensi gelombang tinggi di wilayah maritim Indonesia yang berlaku sejak 12 Desember 2025 pukul 07.00 WIB hingga 15 Desember 2025 pada jam yang sama.
Peringatan ini mencakup ketinggian gelombang 1,25 hingga 4 meter yang dinilai mampu mengganggu aktivitas perairan mulai dari transportasi laut, logistik, hingga kegiatan nelayan tradisional.
BMKG menjelaskan bahwa sumber utama kondisi laut tidak stabil ini dipengaruhi oleh dua bibit siklon tropis yang aktif di Samudra Hindia dan mempercepat peningkatan angin di lapisan atmosfer rendah.
Bibit siklon 91S teridentifikasi berada di sekitar 6.3° LS dan 100.4° BT atau di barat Lampung yang dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan pola rotasi intens.
Bibit siklon 93S terbentuk di sekitar 12.0° LS dan 117.0° BT dekat Samudra Hindia selatan Sumba yang turut memicu gangguan angin signifikan di wilayah tengah dan selatan Indonesia.
Kedua bibit siklon tersebut menciptakan tekanan rendah yang menarik massa udara dalam jumlah besar sehingga mendorong pembentukan angin dengan kecepatan yang tidak biasa.
BMKG mencatat bahwa pola angin di kawasan Indonesia bagian utara bergerak dari barat laut menuju timur laut dengan intensitas 4–20 knot yang berpotensi memicu ombak hingga ketinggian menengah.

Di wilayah selatan Indonesia, angin berembus dari selatan menuju barat dengan kekuatan yang jauh lebih besar hingga mencapai 30 knot yang menjadi faktor utama pembentukan gelombang tinggi.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia barat Bengkulu hingga barat Lampung sehingga memicu dorongan gelombang kuat ke sejumlah wilayah pesisir di sepanjang jalur tersebut.
BMKG kemudian merangkum wilayah dengan potensi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter seperti Selat Malaka bagian utara dan Samudra Hindia barat Aceh yang menjadi jalur padat nelayan dan kapal kecil.
Daerah lain seperti Samudra Hindia barat Nias, barat Lampung, selatan Banten hingga Jawa Timur, selatan Bali, NTB, NTT, Laut Jawa barat, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik utara Maluku hingga Papua diperkirakan turut terdampak.
Untuk kategori gelombang lebih tinggi, BMKG mencatat potensi 2,5 hingga 4 meter di Samudra Hindia barat Mentawai yang dikenal sebagai wilayah rawan gelombang besar setiap terjadi gangguan cuaca.
Gelombang serupa diprediksi muncul di Samudra Hindia barat Bengkulu serta Laut Natuna Utara yang selama beberapa pekan terakhir mengalami peningkatan kecepatan angin secara konsisten.
BMKG menegaskan bahwa gelombang dengan kategori 1,25–4 meter berada dalam klasifikasi berisiko tinggi terhadap aktivitas pelayaran terutama bagi kapal berukuran kecil dan moda transportasi laut umum.
“Perahu nelayan berisiko pada kecepatan angin ≥ 15 knot dan gelombang ≥ 1,25 meter,” jelas BMKG dalam keterangannya terkait batas operasional paling rawan bagi armada nelayan.
“Kapal tongkang berisiko pada angin ≥ 16 knot dan gelombang ≥ 1,5 meter,” tulis BMKG untuk memperingatkan operator angkutan logistik yang melintasi jalur laut terbuka.
“Kapal feri berisiko pada angin ≥ 21 knot dan gelombang ≥ 2,5 meter,” lanjut BMKG mengenai batas bahaya yang berpotensi mengganggu rute penyeberangan antarwilayah.
BMKG mengajak seluruh operator pelayaran, nahkoda kapal, hingga nelayan tradisional untuk terus memperbarui informasi cuaca dan mematuhi panduan keselamatan yang diterbitkan otoritas pelabuhan setempat.
BMKG juga menekankan pentingnya pemantauan cuaca real-time berbasis satelit mengingat dinamika atmosfer yang dapat berubah cepat dalam hitungan jam selama bibit siklon terus berkembang.***