PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan empat saham mulai Senin, 15 Desember 2025, menyusul lonjakan harga yang dinilai tidak wajar dalam beberapa waktu terakhir. Langkah ini diambil sebagai upaya perlindungan investor sekaligus pendinginan pasar.
Empat saham yang terkena suspensi tersebut adalah PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK), PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS), PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU), dan PT Citatah Tbk (CTTH).
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, menjelaskan penghentian sementara perdagangan dilakukan agar investor memiliki waktu yang cukup untuk menelaah informasi secara cermat sebelum mengambil keputusan investasi.
“Penghentian sementara dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada investor dalam mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang tersedia,” ujar Yulianto dalam keterangan resmi bursa.
Suspensi berlaku di pasar reguler dan pasar tunai hingga pengumuman BEI selanjutnya. Bursa juga mengimbau seluruh pihak untuk senantiasa memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan masing-masing emiten.
Sepanjang tahun 2025, keempat saham tersebut mencatatkan lonjakan harga yang signifikan. Saham FOLK ditutup di level Rp 490 per saham pada perdagangan Jumat (13/12/2025), dengan kenaikan mencapai 880% secara year-to-date. Sementara itu, saham KIOS melesat 432% sepanjang tahun dan terakhir ditutup di level Rp 266 per saham, setelah menguat 24,3% dalam satu hari perdagangan.
Kenaikan tajam juga terjadi pada saham PTDU yang menguat 527,78% secara tahun berjalan dan ditutup di level Rp 113 per saham. Adapun saham CTTH mencatatkan lonjakan paling mencolok dengan kenaikan 738,46% secara year-to-date, ditutup naik 34,57% ke level Rp 218 per saham pada perdagangan terakhir sebelum suspensi.
Dari sisi bisnis, FOLK merupakan perusahaan holding yang mengelola sejumlah merek ritel omnichannel, antara lain Amazara di sektor fesyen, Dr.Soap untuk produk kebersihan, dan Syca di segmen kosmetik. KIOS bergerak di bidang teknologi dengan menyediakan platform digital dan e-commerce bagi UMKM, yang saat ini memiliki lebih dari 80.000 mitra aktif.
Sementara itu, PTDU adalah kontraktor swasta yang telah beroperasi sejak 1971 dan mengerjakan berbagai proyek konstruksi seperti apartemen, hotel, pusat perbelanjaan, hingga gedung komersial. Adapun CTTH dikenal sebagai produsen marmer dan batu alam dengan pengalaman lebih dari lima dekade, serta baru-baru ini menjalin kerja sama strategis dengan Chememan asal Thailand untuk ekspansi bisnis kapur.