Kamboja menuduh Thailand melancarkan serangan udara menggunakan jet tempur F-16 yang menembus jauh ke wilayah Provinsi Siem Reap pada Senin (15/12). Serangan ini disebut sebagai yang pertama sejak bentrokan kembali pecah, di mana militer Thailand membombardir area yang berdekatan dengan situs Warisan Dunia UNESCO Angkor Wat.
Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan jet tempur Thailand masuk lebih dari 70 kilometer ke dalam wilayah negaranya dan menyerang sebuah jembatan di Distrik Srei Snam, dekat kawasan kamp pengungsi sipil. Phnom Penh menilai serangan tersebut sebagai eskalasi serius yang membahayakan warga sipil sekaligus mengancam kawasan bersejarah Angkor.
Insiden ini memicu kekhawatiran terhadap sektor pariwisata Kamboja, yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Pada 2024, negara tersebut mencatat 6,7 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Namun, data Angkor Enterprise menunjukkan penjualan tiket ke kawasan Angkor turun sedikitnya 17 persen secara tahunan selama periode Juni hingga November.
Menteri Penerangan Kamboja, Neth Pheaktra, menegaskan bahwa pemboman Senin merupakan pertama kalinya militer Thailand menyerang wilayah Siem Reap dalam konflik kali ini.
Sementara itu, bentrokan perbatasan antara kedua negara telah memasuki pekan kedua dengan korban jiwa terus bertambah. Sedikitnya 28 orang dilaporkan tewas dan sekitar 800 ribu warga mengungsi di kedua sisi perbatasan. Militer Thailand mengonfirmasi 16 tentaranya gugur, sedangkan Kamboja melaporkan sedikitnya 11 warga sipil tewas.
Upaya diplomatik belum membuahkan hasil. Klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 12 Desember mengenai kesepakatan gencatan senjata dibantah Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul. Ia menegaskan Thailand akan melanjutkan operasi militer hingga ancaman benar-benar berakhir. Kamboja sendiri menyatakan serangan Thailand terus berlangsung sepanjang akhir pekan.
Di tingkat regional, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengusulkan pembentukan Tim Pengamat ASEAN yang dilengkapi pemantauan satelit Amerika Serikat untuk memastikan kepatuhan terhadap gencatan senjata. Kamboja juga secara resmi meminta Dewan Keamanan PBB mengambil langkah mendesak atas apa yang disebutnya sebagai serangan bersenjata tanpa provokasi dari Thailand.
Konflik ini berakar dari sengketa perbatasan lama sepanjang 800 kilometer yang bersumber dari penetapan garis batas era kolonial. Ketegangan sebelumnya sempat mereda lewat gencatan senjata pada Juli lalu, namun kembali pecah dan berkembang menjadi konflik terbuka.