JAKARTA – Kericuhan mewarnai ajang pencak silat SEA Games 2025 di Thailand setelah tim pencak silat Malaysia diduga melakukan penyerangan terhadap wasit dan ofisial pertandingan akibat ketidakpuasan atas hasil laga.
Insiden tersebut terjadi pada Senin, 15 Desember, dalam pertandingan perempat final pencak silat putri kelas B 50–55 kilogram antara atlet Thailand Jongthima Ruenthong dan wakil Malaysia Nor Farah Mazlan yang digelar di Impact Arena, Muang Thong Thani, dekat Bangkok.
Mengutip laporan The Thaiger, pertandingan berakhir imbang 60-60, namun setelah melalui pertimbangan, dewan wasit memutuskan kemenangan diberikan kepada atlet tuan rumah.
Keputusan itu diambil dengan alasan bahwa Nor Farah Mazlan dinilai melakukan pelanggaran lebih banyak dibandingkan lawannya sepanjang pertandingan.
Putusan tersebut langsung memicu kekecewaan mendalam dari atlet dan jajaran pelatih Malaysia yang merasa performa Mazlan lebih dominan dan efektif dalam melancarkan serangan.
Pelatih kepala tim nasional Malaysia, Siti Rahmah Mohamed Naser, bersama Nor Farah Mazlan dan sejumlah ofisial tim kemudian mengajukan protes resmi kepada panitia pertandingan.
Namun, protes tersebut ditolak oleh penyelenggara sehingga ketegangan di arena semakin meningkat.
Situasi memanas ketika sejumlah anggota kontingen Malaysia dilaporkan kehilangan kendali dan melakukan aksi fisik terhadap wasit serta beberapa ofisial pertandingan.

Petugas keamanan akhirnya turun tangan untuk meredam keributan dan mengamankan situasi di dalam arena.
Akibat insiden tersebut, jalannya pertandingan sempat dihentikan sementara sebelum akhirnya dilanjutkan kembali.
Pihak penyelenggara kemudian menegaskan bahwa keputusan wasit tidak berubah dan kemenangan tetap diberikan kepada atlet Thailand.
Kontingen Malaysia akhirnya meninggalkan arena pertandingan dengan ekspresi kecewa dan frustrasi atas hasil yang mereka anggap tidak adil.
Peristiwa ini memicu sorotan tajam dari media Malaysia yang mempertanyakan profesionalisme wasit serta transparansi sistem penilaian dalam cabang olahraga pencak silat.
Meski demikian, media Malaysia juga menegaskan bahwa tindakan kekerasan tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apa pun.
Dalam perkembangan lain, kontroversi kembali muncul sehari setelahnya pada laga pencak silat putra kelas 65 kilogram antara atlet Vietnam Nguyen Minh Tri dan wakil Malaysia Muhammad Issu.
Penyelenggara Thailand mendapat kritik karena dianggap tidak menyediakan peralatan medis memadai dan mengangkat atlet Vietnam yang cedera tanpa menggunakan tandu.
Ketua Teknis Asosiasi Pencak Silat Thailand, Nakrob Thongdaeng, membantah tudingan tersebut dan menyatakan standar medis telah terpenuhi.
Ia juga menuding atlet Vietnam sengaja tidak bergerak untuk mendapatkan keuntungan dalam penilaian pertandingan.***