Teh hijau (green tea) dan matcha sering dianggap sama karena keduanya berasal dari tanaman yang identik, yaitu Camellia sinensis, dan sama-sama dikenal sebagai minuman sehat kaya antioksidan. Namun, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam proses budidaya, pengolahan, bentuk, rasa, kandungan nutrisi, hingga cara penyajiannya.
Matcha sebenarnya merupakan salah satu jenis teh hijau premium dengan pengolahan khusus, sehingga sering disebut sebagai “versi terkonsentrasi” dari teh hijau biasa. Perbedaan ini membuat matcha memiliki karakteristik unik, meski manfaat kesehatannya serupa tapi lebih intens.
1. Proses budidaya
Tanaman teh hijau biasa ditanam di bawah sinar matahari langsung, menghasilkan daun dengan warna hijau sedang dan rasa yang lebih ringan. Sementara itu, untuk matcha, tanaman ditutup atau dinaungi (shade-grown) selama 20–30 hari sebelum panen. Proses peneduhan ini meningkatkan produksi klorofil dan asam amino seperti L-theanine, membuat daun matcha lebih hijau cerah dan kaya nutrisi.
2. Pengolahan Daun
Daun teh hijau dipetik, dikukus atau dipanaskan untuk menghentikan oksidasi, kemudian dikeringkan dan digulung menjadi bentuk daun utuh atau potongan. Hasil akhirnya adalah daun kering yang diseduh dengan air panas.
Berbeda dengan matcha, setelah dipetik dan dikukus, batang serta urat daun dibuang, lalu daun digiling halus menggunakan batu granit tradisional menjadi bubuk hijau cerah. Proses ini membuat matcha dikonsumsi secara utuh (bubuk dicampur air), bukan hanya ekstrak air seduhan seperti teh hijau.
3. Bentuk dan Warna
teh hijau biasanya berupa daun kering atau kantong teh dengan warna hijau kecokelatan saat diseduh, menghasilkan cairan bening kekuningan hingga hijau muda. Matcha berbentuk bubuk halus berwarna hijau vibrant (hijau cerah seperti jade), dan saat disajikan menghasilkan minuman opaque (keruh) dengan busa alami di permukaan.
4. Rasa dan Aroma
Teh hijau memiliki rasa ringan, segar, sedikit sepat atau grassy (seperti rumput), dengan aroma floral yang lembut. Matcha justru lebih intens: rasa umami (gurih-manis seperti rumput laut), sedikit pahit, dan earthy (tanah basah), dengan aroma lebih kaya dan kompleks berkat asam amino tinggi.
5. Nutrisi dan Kafein
Karena matcha dikonsumsi utuh, nutrisi seperti antioksidan (EGCG/katekin), L-theanine, dan klorofil jauh lebih tinggi—satu cangkir matcha setara dengan 3–10 cangkir teh hijau biasa dalam hal antioksidan. Kafein di matcha juga lebih tinggi (19–44 mg/gram vs 11–25 mg/gram di teh hijau), tapi dikombinasikan dengan L-theanine sehingga memberikan energi stabil tanpa “crash” seperti kopi.
6. Cara Penyajian
Teh hijau cukup diseduh dengan air panas 80–90°C selama 1–3 menit, cocok untuk minum hangat atau dingin. Matcha tradisional dikocok menggunakan chasen (pengocok bambu) dengan air panas hingga berbusa, sering jadi matcha latte dengan susu. Matcha lebih versatile untuk makanan (kue, es krim), sementara teh hijau lebih untuk minuman murni.
Meski matcha sering dianggap “lebih sehat” karena nutrisinya terkonsentrasi, teh hijau tetap pilihan bagus untuk konsumsi harian yang lebih ringan dan murah. Keduanya mendukung kesehatan jantung, metabolisme, dan fokus mental, tapi matcha lebih unggul untuk efek relaksasi berkat L-theanine. Pilih sesuai selera: teh hijau untuk rasa segar sederhana, matcha untuk pengalaman intens dan nutrisi maksimal.