Pada Desember 2025, China mengumumkan penemuan bersejarah: cadangan emas bawah laut pertama di negara tersebut, sekaligus yang terbesar di Asia. Penemuan ini terletak di perairan utara Pulau Sanshan, lepas pantai Kota Laizhou, wilayah Yantai, Provinsi Shandong, di Semenanjung Jiaodong—salah satu sabuk pertambangan emas terbesar ketiga di dunia.
Menurut pemerintah kota Yantai yang diwartakan South China Morning Post pada 19 Desember 2025, penemuan ini langsung meningkatkan total cadangan emas terbukti di Laizhou menjadi lebih dari 3.900 ton (setara sekitar 137,57 juta ons).
Angka ini menyumbang sekitar 26% dari total cadangan emas nasional China, menjadikan Laizhou sebagai daerah dengan cadangan dan produksi emas terbesar di seluruh negeri.
Meski ukuran pasti cadangan bawah laut belum diungkap secara detail, penemuan ini disebut sebagai terobosan besar dalam eksplorasi mineral bawah laut, melibatkan teknologi pengeboran canggih dan platform lepas pantai.
Penemuan ini merupakan bagian dari gelombang eksplorasi emas intensif China sepanjang 2025, di tengah harga emas global yang melonjak dan upaya diversifikasi sumber daya strategis.
Baru sebulan sebelumnya, pada November 2025, Kementerian Sumber Daya Alam China mengumumkan cadangan emas super besar berkadar rendah di Provinsi Liaoning (timur laut), dengan cadangan terkonfirmasi 1.444,49 ton—disebut sebagai deposit tunggal terbesar sejak berdirinya Republik Rakyat China pada 1949.
Selain itu, di Pegunungan Kunlun, Daerah Otonom Xinjiang Uygur (barat), otoritas melaporkan cadangan emas lebih dari 1.000 ton.
Dengan rangkaian penemuan ini—termasuk yang bawah laut di Laizhou—posisi China sebagai produsen emas terbesar dunia semakin kokoh. Produksi emas tahunan China mencapai sekitar 377 ton, meskipun dari segi cadangan emas resmi nasional (sekitar 2.300 ton pada akhir 2025), negara ini masih berada di belakang Australia, Rusia, dan Afrika Selatan.
Penemuan-penemuan baru ini diperkirakan akan menambah cadangan nasional secara signifikan, mendukung strategi keamanan sumber daya dan diversifikasi aset di tengah ketegangan geopolitik global.
Penemuan bawah laut ini menandai kemajuan teknologi eksplorasi China, yang sebelumnya fokus pada daratan. Jiaodong Peninsula, termasuk Laizhou, telah lama dikenal sebagai “sabuk emas” dunia, dan ekspansi ke lepas pantai membuka potensi baru untuk pertambangan bawah laut yang lebih kompleks.
Dengan harga emas saat ini yang tinggi, nilai ekonomi dari cadangan Laizhou saja diperkirakan mencapai ratusan miliar dolar AS.
Penemuan ini tidak hanya memperkuat industri pertambangan China, tapi juga menegaskan komitmen Beijing untuk mengamankan sumber daya mineral strategis di dalam negeri. Di masa depan, eksplorasi semacam ini diperkirakan akan semakin intensif, sejalan dengan rencana pembangunan lima tahunan China.