Skandal doping yang melibatkan atlet seluncur indah Rusia, Kamila Valieva, mencapai puncak pada Senin dengan pemberian hukuman larangan empat tahun kepada atlet berusia 17 tahun tersebut.
Dalam pernyataan, Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) Swiss mengumumkan bahwa Valieva dinyatakan bersalah atas pelanggaran aturan anti-doping akibat tes positifnya menjelang Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing.
Larangan ini berlaku sejak 25 Desember 2021, saat sampel diambil. Keputusan yang sangat diantisipasi ini mendapatkan dukungan dari badan anti-doping di seluruh dunia, termasuk Badan Anti-Doping Dunia (WADA), yang menyatakan bahwa “doping pada anak-anak adalah hal yang tidak dapat dimaafkan.”
Valieva dinyatakan positif mengonsumsi trimetazidine, obat jantung yang dapat meningkatkan daya tahan, ketika baru berusia 15 tahun. Hasil tes tersebut terungkap setelah acara seluncur indah tim di Olimpiade Musim Dingin Beijing, yang melibatkan ROC yang dipimpin Valieva meraih tempat pertama.
Pentingnya keputusan CAS terletak pada “diskualifikasi dari semua hasil kompetitif” yang diraih Valieva sejak tes positifnya. Namun, CAS menyatakan bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk memutuskan peringkat akhir acara tim, yang menjadi tanggung jawab Federasi Seluncur Indah Internasional (ISU).
Travis Tygart, CEO Badan Anti-Doping Amerika Serikat (USADA), menegaskan perlunya ISU segera menangani proses teknis untuk mengalokasikan kembali medali sesuai dengan keputusan CAS.
Meskipun keputusan ini memberikan keadilan bagi atlet-atlet yang bersaing secara sah, kasus ini telah memakan waktu hampir dua tahun, meninggalkan atlet dari AS, Jepang, dan Kanada “dalam kegelapan menunggu apakah medali mereka akan dialokasikan kembali,” seperti yang diungkapkan oleh kelompok hak atlet Global Athlete.
CAS menyatakan bahwa keputusan ini bersifat “final dan mengikat,” dan pihak yang bersangkutan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Federal Swiss dalam batas waktu 30 hari dengan dasar yang terbatas.
Penolakan atas banding RUSADA oleh IOC dan ISU menunjukkan bahwa selama hampir dua tahun perdebatan, kejelasan mengenai nasib medali dan posisi akhir masih menjadi tanda tanya bagi para atlet yang berkompetisi secara adil. Meskipun hukuman ini mengakhiri saga doping yang panjang, dampak dan implikasinya pada kejuaraan tim dan atlet lainnya masih menjadi perhatian utama.