RIAU – Pesawat tempur Hawk 200 pabrikan British Aerospace (BAE) pertahanan internasional Inggris merupakan salah satu andalan di Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekan Baru. Elang besi ini bertugas untuk menjaga kedaulatan pertahanan dirgantara Indonesia bagian barat.
Meski usia pesawat ini terbilang “sepuh”. Hawks 200 masih disegani di kelasny, bahkan Hawks masih mampu menjalankan misi bertempur jika dibutuhkan.
Danskadron 12 Mayor Penerbang (PNB) Made Yogi Indra P mengatakan untuk menjaga kinerja pesawat. Tentunya dibutuhkan perawatan rutin dan khusus. Sehingga, jika hal itu sudah dilakukan maka pesawat akan siap menjalankan berbagai misi apapun.
“Pesawat kalau sudah dirawat dinyatakan siap terbang maka siap aja buat terbang. Kalau TNI AU sudah menyatakan siap terbang, maka dia sudah siap tempur,” katanya, Selasa (6/2/2024).
Made selalu memastikan jika Hawks siap melaksanakan operasi apapun, hal ini pihaknya selalu melakukan pengecekan berkala.
“Sudah kita deteksi, saya kebetulan punya list kalau sudah siap terbang nanti kita cek semua listnya (kesiapan terbang),” terangnya.
Menurut Made kelayakan sebuah alutsista tidak dihitung dari usianya, akan tetapi dari skala jam terbang, khususnya Hawk 200 yang rutin menjalani pemeliharaan mulai dari 125 jam, 250 jam sampai skala pemeliharaan tingkat berat atau overhaul.
“Dimana untuk Hawks 200, overhaul bisa dilakukan sembanyak empat hingga batas maksimal dengan ketinggian terbang empat kali sampai batas dan mencapai 4000 jam,” terangnya.
Made melanjutkan dengan adanya perawatan rutin dan pengecekan secara berkala menjadikan pesawat ini tetap layak jalan meskipun usianya sudah terbilang tua.
“Maka akan di roundown (setelah 4.000 jam). Kalau ada yang sekarang tentunya telah melakukan berbagai tahapan pemeliharaan, dan dinyatakan siap terbang dengan masa pakai yang sudah terverifikasi,” jelasnya.
Pesawat Hawk 200 juga memiliki kemampuan terbang rendah untuk peperangan ringan di udara, khususnya penyerangan air to ground, dan anti rudal kapal laut tetap harus disesuaikan ketika melakukan operasi.
“Tentunya kalau siap operasi, ya tergantung lawannya. Kalau buat patroli ya siap-siap saja, tapi kalau berhadapan head to head kontinjensi disaat kita berhadapan dengan (yang lebih canggih). Jadi relevansi,” tuturnya.
Jadi kalau kenapa pesawat itu terus dioperasionalkan atau tidak tergantung dari sebelah. Kalau sebelah masih pakai Hawk atau sepantaran itu masih oke aja, kalau lawan separatis yang tidak memakai pesawat, oke-oke aja,” tambahnya.
Namun terkait kedatangan pesawat tempur Dassault Rafale, sebagai alutsista yang dibeli dari pabrikan Dassault Aviation, Perancis. Dimana, akan menjado penghuni Skadron 12 turut disambut baik.
Namun begitu, dengan upgrade yang telah ada pesawat ini tetap layak terbang. Tetap bisa kita gunakan pertahanan, tapi untuk masa depan kita harus melakukan peremajaan. Seperti pengadaan Rafale,” tuturnya.
Setelah Rafale yang dipesan secara berkala sebanyak 42 unit telah tiba dari 2026-2029. Maka secara berkala pesawat Hawk 200 yang masih layak operasi akan dipindahkan ke Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat