SUMUT – Dua ibu rumah tangga di Langkat, Sumatera Utara, diduga dianiaya oleh oknum anggota TNI AL berinisial D saat bekerja mengumpulkan berondolan sawit di perkebunan Koperasi Awal Makmur, Desa Bubun, Kecamatan Tanjung Pura, Senin (29/4/2025). Pelaku diduga salah sangka dan menuduh korban mencuri sawit.
Peristiwa yang terjadi pada 29 April 2025 ini sontak menggegerkan warga setempat. Menurut kuasa hukum korban, Rion Arios, kedua wanita tersebut sedang menjalankan rutinitas mereka sebagai pengumpul berondolan sawit. Tiba-tiba, oknum TNI AL yang bertugas sebagai pengawas kebun mendekati mereka dengan curiga.
“Terduga pelaku D yang ditugaskan sebagai pengawas kebun sawit tersebut melihat dan mengikuti kedua korban,” ujar Rion Arios, Jumat 2 Mei kemarin.
Tanpa basa-basi, D diduga langsung memukuli Nur Hayati dan Ema hingga keduanya mengalami luka di bagian kepala dan pipi.
Kronologi Kejadian: Salah Sangka Berujung Kekerasan
Berdasarkan keterangan Rion, dugaan penganiayaan berawal dari kecurigaan D yang mengira kedua wanita tersebut berniat mencuri berondolan sawit. Padahal, setelah bungkusan milik korban diperiksa, tuduhan tersebut terbantahkan.
“Kemungkinan begitu yang ada di pikiran pelaku (dikira mau mencuri), tapi salah sangka,” tambah Rion.
Nur Hayati dan Ema, yang kesehariannya bergantung pada pekerjaan mengumpulkan sisa buah sawit, kini harus menanggung trauma fisik dan psikis. Warga sekitar yang mengetahui kejadian ini pun geram, mengingat kedua korban dikenal sebagai pekerja keras yang tidak pernah bermasalah.
Langkah Hukum dan Respons Masyarakat
Tak tinggal diam, Nur Hayati dan Ema langsung melaporkan peristiwa ini ke Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) Lantamal I Belawan. Laporan ini diharapkan dapat membawa keadilan bagi kedua korban dan mencegah kejadian serupa terulang.
“Kami ingin pelaku diproses sesuai hukum agar ada efek jera,” tegas Rion.
Di media sosial, kasus ini juga ramai diperbincangkan. Sebuah unggahan di platform X menyebutkan bahwa kasus ini telah berakhir damai, dengan oknum TNI AL meminta maaf kepada korban. Namun, banyak netizen yang tetap menyayangkan tindakan kekerasan yang terjadi.
“Ini oknum TNI-nya main pukul dulu, setelah itu baru tanyain korban, kan goblok nggak pakai otak,” tulis salah satu pengguna X, mencerminkan kekecewaan publik.
Pentingnya Penegakan Hukum yang Adil
Kasus ini kembali menyoroti pentingnya penegakan hukum yang adil dan sikap profesional dari aparat, termasuk dalam menangani dugaan pelanggaran di lapangan. Salah sangka yang berujung pada tindakan kekerasan tidak hanya merugikan korban, tetapi juga mencoreng citra institusi.
Hingga kini, pihak Pomal Lantamal I Belawan masih menyelidiki kasus ini. Masyarakat berharap proses hukum berjalan transparan dan pelaku mendapatkan sanksi yang setimpal. Sementara itu, Nur Hayati dan Ema berupaya pulih dari luka dan trauma yang mereka alami, sambil berharap keadilan segera ditegakkan.




