JAKARTA – Kedatangan Airbus A400M pertama TNI Angkatan Udara di Lanud Halim Perdanakusuma menandai era baru bagi Skadron Udara 31. Pesawat angkut multifungsi ini, selain mengusung misi logistik, dirancang untuk kemampuan air refueling di udara, yang akan diaktifkan secara bertahap setelah menuntaskan fase awal pelatihan.
Mayor TNI Riki Sihaloho, pilot yang memimpin ferry flight dari Sevilla, Spanyol, menegaskan pesawat ini didesain untuk air refueling yang memungkinkan pengisian bahan bakar di udara baik untuk pesawat tempur seperti Rafale maupun sesama A400M. Indonesia sebelumnya memiliki kemampuan serupa pada Hercules tipe B di Skadron 32, meski unit tersebut sudah lama pensiun.
Fase pertama type rating A400M fokus pada misi logistik dengan target 200 jam terbang atau sekitar satu tahun operasi. Setelah itu, fase kedua akan meliputi materi teknikal lanjutan, termasuk air refueling dan pemadaman kebakaran udara. Pelatihan real dimulai 17 November di Halim dengan pendampingan pilot Airbus, menargetkan 120–130 jam terbang.
A400M kedua dijadwalkan tiba pada Februari, memperkuat armada Skadron 31 yang kini mengoperasikan dua tipe pesawat modern: A400M dan C-130 Super Hercules. Skadron ini dipilih karena kedekatannya dengan pusat gravitasi Jakarta, memudahkan mobilitas operasional nasional.
Delapan pilot terpilih langsung oleh komando atas; empat memulai batch pertama termasuk Mayor Riki, sementara empat lainnya sedang menjalani latihan simulator untuk unit kedua. Meski ferry flight sempat terancam keterlambatan akibat hujan, proses dari Sevilla via Dubai dan Medan berlangsung lancar. Serah terima diikuti dengan pelepasan pod, menandai awal misi logistik sebelum ekspansi ke air refueling pada fase lanjutan.





