JAKARTA – Arab Saudi menegaskan bahwa kegagalan masyarakat internasional untuk mengendalikan tindakan agresi Israel terhadap Gaza dapat mengancam stabilitas regional dan global, serta memperburuk ketidakamanan di wilayah tersebut. Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-80 di New York, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengingatkan dunia akan dampak buruk dari ketidakpedulian terhadap genosida yang sedang terjadi di Gaza.
“Ketidakpedulian internasional terhadap agresi Israel terhadap Gaza akan menambah ketidakstabilan keamanan, baik secara regional maupun global,” ujar Pangeran Faisal, dilansir dari Anadolu, Senin (29/9/2025). Ia menekankan bahwa PBB harus memainkan peran lebih besar dalam meredakan konflik ini, dengan meningkatkan efisiensi dalam menangani krisis yang semakin memburuk. Ia juga mendesak langkah-langkah internasional yang mendesak untuk melindungi warga sipil Gaza dan membuka jalur kemanusiaan yang memungkinkan bantuan sampai ke korban.
Sejak 2 Maret, Israel telah menutup total perlintasan Gaza, menghalangi pengiriman konvoi makanan dan bantuan, yang memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel dilaporkan telah menewaskan hampir 66.000 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, akibat serangan udara yang terus berlangsung.
Selain itu, Pangeran Faisal menyerukan pengakuan negara Palestina oleh semua negara anggota PBB, serta mendukung upaya untuk mencapai solusi dua negara sebagai penyelesaian jangka panjang terhadap konflik Israel-Palestina. Pernyataan ini muncul sehari setelah Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal mengumumkan pengakuan mereka terhadap Palestina, sehingga jumlah negara yang mengakui Palestina kini mencapai 159 dari 193 negara anggota PBB.
Di sisi lain, Pangeran Faisal juga menyoroti situasi di Suriah, memuji upaya pemerintah Suriah dalam memperkuat keamanan dan stabilitas pasca-kejatuhan rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024. Ia juga menegaskan penolakan Saudi terhadap serangan Israel terhadap wilayah dan kedaulatan Suriah.
Lebih lanjut, Pangeran Faisal mengungkapkan dukungan penuh untuk Lebanon dan mendesak penarikan pasukan Israel dari wilayah Lebanon selatan, yang merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat kedaulatan Lebanon. Dalam hal ini, Saudi menyambut positif keputusan pemerintah Lebanon yang baru-baru ini mengadopsi kebijakan untuk memusatkan semua persenjataan di bawah kendali negara, termasuk senjata Hizbullah, dengan target penyelesaian pada akhir tahun 2025.
Konflik yang meningkat antara Hizbullah dan Israel pada tahun 2023 telah menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan, sementara gencatan senjata yang disepakati pada November 2024 menuntut Israel untuk menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan. Namun, Israel hanya menarik sebagian pasukannya, meninggalkan beberapa pos militer di wilayah perbatasan.