Penyelenggara festival musik di Kuala Lumpur, Good Vibes Festival, menggugat band Inggris The 1975 atas pelanggaran kontrak dan kerugian setelah vokalisnya, Matty Healy, mengkritik undang-undang anti-LGBT di Malaysia yang menyebabkan acara tersebut dibatalkan pada Juli 2023.
Selama penampilan utama band pada Juli lalu, Healy juga memberikan pidato yang dipenuhi kata-kata kasar dan mencium anggota band lainnya di atas panggung.
Perusahaan di balik Good Vibes Festival mengajukan gugatan senilai £1,9 juta ($2,4 juta atau setara 39 miliar rupiah) di Pengadilan Tinggi Inggris atas pelanggaran aturan pertunjukan.
Tindakan homoseksual ilegal di Malaysia dan dapat dihukum dengan penjara 20 tahun. Festival ini juga melarang pembicaraan tentang politik dan agama, mengumpat, merokok, atau minum alkohol di atas panggung.
BBC menghubungi band tersebut, dan mendapat jawaban “mereka tidak memiliki komentar tambahan saat ini.”
Dalam pengajuan di pengadilan, Good Vibes festival mengatakan The 1975 dan tim manajemennya mengetahui aturan untuk para penampil. Future Sound Asia mengatakan band tersebut pernah tampil di festival yang sama pada tahun 2016, dan diberi beberapa pengingat tentang aturan tersebut sebelum penampilannya pada Juli lalu.
Gugatan tersebut menuduh bahwa band tersebut memutuskan untuk “bertindak dengan cara yang dimaksudkan untuk melanggar pedoman.”
Gugatan tersebut mengutip “pidato provokatif” Healy dan “pelukan pura-pura penuh gairah” dengan bassis Ross MacDonald, yang dikatakan memiliki “niat untuk menyinggung dan melanggar peraturan.”
Selain itu, band tersebut juga menyelundupkan sebotol anggur ke atas panggung agar Healy “mudah mengaksesnya.”
Future Sound Asia juga mengutip pedoman dari Malaysia Central Agency for the Application for Foreign Filming and Performance by Foreign Artistes, yang melarang “berciuman, mencium anggota penonton atau melakukan tindakan serupa di antara mereka sendiri.”
Acara di Kuala Lumpur dibatalkan sehari setelah penampilan band tersebut. Kementerian Komunikasi Malaysia mengatakan mereka mengambil “sikap tegas terhadap pihak mana pun yang menantang, mengejek, atau melanggar hukum Malaysia.”
Pada Agustus lalu, penyelenggara mengancam band tersebut dengan tindakan hukum dan menuntut mereka mengakui tanggung jawab mereka serta mengganti kerugian yang dialami penyelenggara.
Penampilan Healy juga dikritik oleh anggota komunitas LGBT di negara tersebut yang mengatakan bahwa tindakan “aktivisme performatif” akan membuat hidup mereka semakin sulit.
Penyanyi berusia 35 tahun tersebut kemudian membela tindakannya. “The 1975 tidak tiba-tiba datang ke Malaysia tanpa pengumuman, mereka diundang untuk menjadi bintang utama festival oleh pemerintah yang sepenuhnya mengetahui pandangan politik band ini dan rutinitas pertunjukan panggungnya yang telah dipublikasikan dengan baik,” katanya di atas panggung di Dallas pada Oktober lalu.
“Saya mencium Ross bukanlah aksi yang dimaksudkan untuk memprovokasi pemerintah,” lanjutnya. “Itu adalah bagian rutin dari pertunjukan The 1975, yang telah dilakukan berkali-kali sebelumnya.
“Menghilangkan bagian rutin dari pertunjukan dalam upaya untuk menyenangkan pandangan bigot pihak berwenang Malaysia terhadap orang-orang LGBTQ akan menjadi dukungan pasif terhadap politik tersebut.”
Band tersebut juga digugat dalam gugatan class action terpisah oleh beberapa musisi dan vendor yang mengatakan mereka mengalami kerugian pendapatan akibat pembatalan hari kedua dan ketiga festival tersebut.