Live Program UHF Digital

Bangladesh Rusuh, Ratusan Orang Tewas dan Internet Diputus Pemerintah

Kondisi di Bangladesh semakin panas dengan gelombang protes ribuan mahasiswa hingga Minggu (21/7/2024). Pemerintah Bangladesh mengerahkan tentara untuk berpatroli di jalan-jalan sepi ibu kota Dhaka pada Sabtu, dan mendirikan barikade selama jam malam guna meredakan protes.

Gelombang protes ini dipimpin oleh mahasiswa yang menentang sistem kuota pekerjaan di pemerintahan. Aksi tersebut telah menewaskan setidaknya 110 orang sepanjang pekan ini. Sejak Kamis, layanan internet dan pesan teks ditangguhkan, memutus Bangladesh dari dunia luar. Polisi menindak keras protes yang terus berlanjut meskipun ada larangan berkumpul di tempat umum.

Panggilan telepon ke luar negeri sebagian besar gagal terhubung, sementara situs web media di Bangladesh tidak terupdate dan akun media sosial tetap tidak aktif. “Memutuskan internet di negara dengan penduduk 170 juta orang adalah langkah drastis, yang belum pernah kita lihat sejak revolusi Mesir tahun 2011,” kata John Heidemann, kepala ilmuwan divisi jaringan dan keamanan siber di Institut Ilmu Informasi USC Viterbi, dikutip dari Reuters.

Bentrok antara polisi dan demonstran telah melukai ribuan orang, menurut data rumah sakit di seluruh Bangladesh. Rumah Sakit Dhaka Medical College menerima 27 jenazah antara pukul 5 sore dan 7 malam pada Jumat lalu. Selama lima hari, polisi telah menembakkan gas air mata dan granat suara untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melemparkan batu bata dan membakar kendaraan.

Demonstrasi ini adalah yang terbesar sejak Perdana Menteri Sheikh Hasina terpilih kembali untuk keempat kalinya berturut-turut tahun ini. Demonstrasi juga didorong oleh tingginya pengangguran di kalangan anak muda, yang hampir seperlima dari 170 juta penduduk Bangladesh. Ratusan mahasiswa turun ke jalan menuntut diakhirinya sistem kuota yang menyediakan hingga 30% pekerjaan di pemerintahan bagi keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971.

Bangladesh Rusuh, Ratusan Orang Tewas dan Internet Diputus Pemerintah
Ratusan orang tewas (sumber : reuters)

Selain itu, sistem kuota juga menyediakan pekerjaan di pemerintahan untuk perempuan, penyandang disabilitas, dan anggota etnis minoritas. Namun, sebagian besar mahasiswa memprotes pekerjaan yang diperuntukkan bagi keluarga veteran, yang mereka anggap hanya menguntungkan sebagian besar pendukung Hasina. Para pengunjuk rasa telah meminta pemerintah untuk menghapuskan kuota karena dianggap “diskriminatif” terhadap mahasiswa yang berjuang di tengah tingginya pengangguran.

Meskipun peluang kerja telah meningkat di beberapa sektor swasta, banyak orang lebih memilih pekerjaan di pemerintahan karena dianggap lebih stabil dan menguntungkan. “Kami membutuhkan pekerjaan di negara ini, dan kami sudah menderita karena kekurangan pekerjaan,” kata Alam Rashid, seorang mahasiswa dari Dhaka, dikutip dari The Independent. “Kami telah berulang kali mengundang pemerintah untuk berbicara dengan kami, namun dia [Sheikh Hasina] justru mengerahkan pasukan polisinya untuk menyerang kami,” tambahnya.

Bangladesh masih terus dilanda demonstrasi besar-besaran. Sejauh ini, setidaknya puluhan orang tewas dalam aksi turun ke jalan yang dimotori oleh mahasiswa perguruan tinggi itu. Pemerintahan Hasina telah menghentikan kuota pekerjaan menyusul protes massal mahasiswa pada tahun 2018. Namun pada bulan lalu, Pengadilan Tinggi membatalkan keputusan tersebut dan mengembalikan kuota setelah kerabat para veteran mengajukan petisi.

Protes dimulai pada akhir bulan lalu, namun ketegangan meningkat pada Senin lalu ketika aktivis mahasiswa di Universitas Dhaka, universitas terbesar di negara itu, bentrok dengan polisi. Para mahasiswa mengklaim bahwa aksi unjuk rasa tersebut awalnya berlangsung damai namun berubah menjadi tidak kondusif ketika sayap mahasiswa dari partai berkuasa Liga Awami menyerang para pengunjuk rasa.

Bentrokan baru terjadi setelah hari protes paling berdarah hingga saat ini, yang menyebabkan kematian 22 orang pada Kamis lalu, sebagian besar dari sisi mahasiswa, ketika para pengunjuk rasa berusaha untuk menerapkan “shutdown total” di negara tersebut. Setidaknya dua jurnalis termasuk di antara mereka yang tewas dalam kekerasan tersebut.

Sebelumnya pada Jumat lalu, ratusan pengunjuk rasa menyerbu distrik Narsingdi di Dhaka tengah dan membebaskan lebih dari 850 narapidana sebelum membakar fasilitas tersebut. Meskipun ada jam malam, insiden pembakaran yang tersebar juga dilaporkan terjadi pada Sabtu kemarin.

“Pemerintah telah memutuskan untuk memberlakukan jam malam dan mengerahkan militer untuk membantu otoritas sipil,” ungkap juru bicara pemerintah pada Jumat malam. Situs web utama pemerintah, termasuk bank sentral dan kantor perdana menteri, tampaknya menjadi sasaran peretas. Sebuah kelompok yang menamakan dirinya “THE R3SISTAC3” dilaporkan berada di balik peretasan tersebut.

Sebagian besar saluran berita televisi di Bangladesh tidak mengudara pada Jumat lalu setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kantor pusat stasiun televisi negara BTV, merusak perabotan, memecahkan jendela, dan membakar beberapa bagian gedung.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *