BOGOR – Hidup sebagai orangtua tunggal menjadi ujian berat bagi Ramah, warga Bogor yang harus berjuang sendirian membesarkan dan membiayai sekolah anak semata wayangnya, Ridwan.
Sejak kepergian suami, ia menanggung seluruh tanggung jawab rumah tangga dengan penghasilan tak menentu, bahkan terkadang harus memilih antara membeli beras atau membayar kebutuhan lain.
Namun di tengah keterbatasan itu, Ramah tidak pernah menyerah untuk memberikan pendidikan terbaik bagi Ridwan.
Ia percaya bahwa sekolah adalah satu-satunya jalan agar anaknya bisa keluar dari lingkar kemiskinan yang membelit keluarga mereka.
Perjuangan panjang itu menemukan titik terang ketika petugas Kementerian Sosial datang ke rumahnya menawarkan kesempatan emas: program Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 10 Bogor.
Awalnya, Ridwan sempat ragu meninggalkan ibunya, tetapi dengan dorongan penuh kasih, Ramah membujuknya untuk berani melangkah menuju masa depan yang lebih baik.
Kini, Ridwan menjalani kehidupan yang jauh lebih layak di asrama SRMP 10.
Ia mendapat makan bergizi, ruang belajar yang nyaman, serta fasilitas lengkap mulai dari perpustakaan, laboratorium, hingga pembinaan karakter dan pelatihan keterampilan.
Semua itu menjadi fondasi kuat untuk mengubah nasibnya di masa depan.

Air mata Ramah pun mengalir, bukan karena sedih, tetapi sebagai wujud syukur atas kesempatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Baginya, Ridwan kini punya jalan terang menuju cita-cita yang selama ini hanya bisa diimpikan.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyebut bahwa Sekolah Rakyat merupakan miniatur pengentasan kemiskinan – “anaknya sekolah, orang tuanya diberdayakan.”
Filosofi ini nyata dirasakan Ramah ketika ia juga menerima bantuan modal usaha sebesar Rp3,6 juta melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dari Kementerian Sosial.
Dari dapur kecil di rumahnya, Ramah mulai berjualan gorengan. Kini, setiap kepulan asap dari wajan bukan lagi tanda kesulitan, melainkan simbol perjuangan seorang ibu yang pantang menyerah.
Usahanya perlahan berkembang, pembelinya bertambah, dan kehidupan ekonomi keluarganya berangsur membaik.
“Alhamdulillah, sekarang anak saya bisa sekolah gratis, saya juga dikasih bantuan untuk berjualan, dagangan saya tambah lengkap dah penghasilannya meningkat,” ujarnya lirih sambil tersenyum haru.
Kisah Ramah menjadi bukti nyata bahwa Sekolah Rakyat bukan hanya memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak keluarga miskin, tetapi juga memberdayakan para orang tua untuk mandiri.
Hingga kini, Program Sekolah Rakyat telah berdiri di 165 titik di seluruh Indonesia.
Di Bogor, SRMP 10 dengan kapasitas 100 siswa, didukung 11 guru dan 16 tenaga pendidik, menjadi wujud nyata keberhasilan program sosial gagasan Presiden Prabowo.
Lebih dari sekadar sekolah, inisiatif ini membuka peluang baru bagi keluarga miskin untuk menata kehidupan, menumbuhkan kemandirian, dan bersama-sama memutus rantai kemiskinan dari akar.***




