JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lonjakan kejadian bencana alam di berbagai wilayah Indonesia sepanjang 21-22 September 2025. Dari angin kencang hingga kebakaran lahan, empat peristiwa utama ini menguji ketangguhan masyarakat dan tim tanggap darurat, dengan dampak mencakup ribuan jiwa dan kerugian material signifikan. Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB merilis laporan terbaru pukul 07.00 WIB, menekankan pentingnya kewaspadaan di tengah transisi musim hujan.
- Angin Kencang Hantam Jember: 55 Rumah Rusak dan Satu Warga Terluka
- Gempa Sukabumi Magnitudo 3,8: Lima Rumah Terguncang, Situasi Kondusif
- Banjir Kubu Raya Imbas Hujan Deras: 2.396 Jiwa Terisolasi, Kini Surut
- Kebakaran Lahan Aceh Bakar 8,8 Hektar: Tim Darat Berhasil Padamkan Api
- Imbauan BNPB: Waspada Bencana Geologi dan Hidrometeorologi, Siapkan Evakuasi
Angin Kencang Hantam Jember: 55 Rumah Rusak dan Satu Warga Terluka
Cuaca ekstrem menjadi sorotan pertama di Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember melaporkan angin kencang melanda tiga kelurahan di Kecamatan Sumbersari pada Minggu (21/9) pukul 14.00 WIB. Kelurahan yang terdampak meliputi Sumbersari, Karangrejo, dan Tegal Gede, di mana badai ini merobek atap dan menumbangkan pohon hingga mengganggu akses jalan.
Data BPBD mencatat kerusakan parah: 16 rumah rusak ringan, dua rumah rusak sedang, serta 37 rumah rusak berat. Selain itu, empat gedung pertokoan mengalami kerusakan ringan, sementara satu ruas jalan tertutup puing pohon tumbang. Tragisnya, satu warga mengalami luka ringan dan segera dilarikan ke RS Soebandi untuk perawatan intensif.
Tim BPBD langsung bergerak cepat, melakukan asesmen lapangan, memotong pohon roboh, dan membersihkan jalan raya. Hingga update terbaru, evakuasi puing selesai total, dan warga bergotong royong memperbaiki hunian mereka. Peristiwa ini menggarisbawahi risiko angin kencang di musim peralihan, yang sering kali dipicu oleh perubahan pola cuaca mendadak.
Gempa Sukabumi Magnitudo 3,8: Lima Rumah Terguncang, Situasi Kondusif
Bergeser ke Jawa Barat, gempa bumi tektonik menggoyahkan Kabupaten Sukabumi pada Minggu (21/9) pukul 01.59 WIB. Gempa dengan magnitudo (M) 3,8 ini berpusat di daratan dengan kedalaman hanya 8 km, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berita baiknya, peristiwa ini tidak berpotensi memicu tsunami, meski getarannya terasa hingga radius puluhan kilometer.
BPBD setempat mendata satu rumah rusak sedang dan empat rumah rusak ringan di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan. Untungnya, tidak ada korban jiwa dilaporkan, dan situasi secara keseluruhan telah stabil. Petugas tetap berjaga ketat untuk mengantisipasi gempa susulan, yang sering menjadi ancaman lanjutan di zona rawan seperti Jawa Barat.
Banjir Kubu Raya Imbas Hujan Deras: 2.396 Jiwa Terisolasi, Kini Surut
Di Kalimantan Barat, banjir bandang menjadi ujian terberat minggu ini. Kabupaten Kubu Raya melaporkan genangan air melanda Desa Pasak Piang, Kecamatan Sungai Ambawang, akibat curah hujan ekstrem sejak 11-14 September 2025. Sebanyak 706 kepala keluarga (KK) atau setara 2.396 penduduk terdampak, dengan air setinggi lutut mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kabar menggembirakan datang pada Minggu (21/9), di mana banjir mulai surut secara signifikan. Masyarakat kini kembali menjalankan rutinitas normal, meski BPBD terus memantau potensi luapan sungai. Banjir ini menambah daftar panjang hidrometeorologi di Indonesia, di mana hujan lebat sering kali memperburuk drainase di daerah pedesaan.
Kebakaran Lahan Aceh Bakar 8,8 Hektar: Tim Darat Berhasil Padamkan Api
Sementara sebagian wilayah basah oleh hujan, Aceh justru dilanda musibah api. Kebakaran hutan dan lahan melahap Gampong Keub, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat, tanpa korban jiwa tapi dengan kerugian ekologis besar: 8,8 hektar lahan hangus terbakar. Penyebab dugaan utama adalah faktor musim kemarau yang tersisa di wilayah timur Indonesia.
Gabungan tim BPBD Aceh Barat, pemadam kebakaran, dan relawan turun tangan sejak dini hari, berhasil memadamkan kobaran api. Upaya ini menyelamatkan lahan pertanian sekitar, meski dampak jangka panjang seperti erosi tanah tetap menjadi kekhawatiran. Kasus ini mengingatkan pada tren kebakaran lahan tahunan, yang sering dipicu aktivitas manusia dan perubahan iklim.
Imbauan BNPB: Waspada Bencana Geologi dan Hidrometeorologi, Siapkan Evakuasi
Menghadapi rentetan bencana ini, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman geologi maupun hidrometeorologi. “Masyarakat dapat mengakses informasi resmi pemerintah untuk mengantisipasi dampak peristiwa, seperti potensi angin kencang, banjir hingga tanah longsor,” tegas pernyataan resmi BNPB.
Untuk kesiapsiagaan optimal, warga disarankan memeriksa jalur evakuasi aman dari rumah, sekolah, hingga kantor menuju titik kumpul darurat. Langkah sederhana seperti memangkas pohon berisiko tumbang di sekitar hunian, serta menyusun tas siaga bencana dengan kebutuhan esensial—makanan pokok, obat-obatan, dan dokumen krusial—dapat menyelamatkan nyawa.
Laporan BNPB ini menjadi pengingat bahwa Indonesia, sebagai negara rawan bencana, membutuhkan kolaborasi lintas sektor untuk meminimalkan korban.




