Menjelang titik terdekatnya dengan Bumi pada Kamis, 19 Desember, komet antarbintang 3I/ATLAS menjadi pusat perhatian astronom dunia. Bukan karena ancaman, melainkan karena sebuah fenomena langit yang sangat langka: anti-ekor bercahaya yang justru mengarah ke Matahari.
Komet ini akan melintas pada jarak sekitar 170 juta mil dari Bumi—hampir dua kali jarak Bumi–Matahari—cukup aman sekaligus memberi peluang berharga untuk meneliti material yang berasal dari luar tata surya.
Fenomena anti-ekor tersebut pertama kali terdeteksi dalam citra Teleskop Luar Angkasa Hubble pada 21 Juli dan terbukti sangat persisten. Pengamatan lanjutan pada 30 November hingga pertengahan Desember, termasuk dari teleskop di Thailand, menunjukkan struktur unik ini tetap bertahan selama berbulan-bulan.
Berbeda dengan ekor komet biasa yang selalu menjauhi Matahari akibat tekanan radiasi dan angin matahari, anti-ekor 3I/ATLAS justru tampak stabil meski diarahkan ke pusat tata surya.
Sejumlah ilmuwan telah mengajukan penjelasan alamiah. Studi yang ditinjau sejawat oleh Eric Keto dan Abraham Loeb menyebut anti-ekor tersebut berasal dari lontaran material yang tidak merata, terutama butiran es berukuran besar hasil sublimasi karbon dioksida.
Partikel-partikel ini memantulkan cahaya Matahari secara intens dan, karena inersia, tampak bergerak ke arah Matahari dari sudut pandang Bumi. Peneliti lain menganalogikannya seperti asap lokomotif—material yang dilepaskan sebelumnya terlihat melengkung ke depan saat objek induknya melaju cepat menjauh.
Komet 3I/ATLAS juga mengalami perubahan visual yang mencolok. Dari rona kemerahan sebelum perihelion pada 29 Oktober, kini komet tersebut memancarkan cahaya hijau terang. Pengamatan Teleskop Gemini North di Hawaii mengonfirmasi warna kehijauan itu berasal dari molekul karbon diatomik yang menyala saat komet melepaskan gas-gas baru ke ruang angkasa.
Untuk memaksimalkan peluang ilmiah yang singkat ini, Jaringan Peringatan Asteroid Internasional (IAWN) di bawah naungan PBB menggelar kampanye pelacakan global hingga 27 Januari 2026, melibatkan lebih dari 170 pengamat.
NASA turut mengerahkan sejumlah wahana andalan, termasuk Hubble, James Webb Space Telescope, dan XMM-Newton milik ESA, guna mengumpulkan data paling lengkap tentang objek antarbintang ketiga yang pernah terkonfirmasi melintasi tata surya.