Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat lonjakan harga sejumlah komoditas pangan strategis menjelang akhir 2025. Pada Minggu, 21 Desember 2025, harga cabai rawit merah tercatat mencapai Rp72.750 per kilogram, sementara telur ayam ras menyentuh Rp33.000 per kilogram.
Kenaikan harga dua komoditas pokok ini memicu kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat sekaligus berpotensi menekan inflasi nasional, khususnya pada kelompok volatile food.
Harga cabai rawit merah mengalami fluktuasi tajam sepanjang Desember 2025. Pada awal bulan, harga berada di level Rp54.360 per kilogram, kemudian melonjak hingga Rp95.000 per kilogram pada pertengahan bulan, sebelum kembali turun ke kisaran Rp72.750 per kilogram.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, secara nasional harga cabai rawit naik signifikan sebesar 49,88 persen dibandingkan November 2025. Harga rata-rata meningkat dari Rp43.728 per kilogram menjadi Rp65.541 per kilogram pada pekan kedua Desember.
Cuaca Ekstrem dan Distribusi Jadi Pemicu
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut lonjakan harga cabai dan bawang merah dipicu oleh kendala distribusi serta faktor cuaca ekstrem. Senada dengan itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menegaskan bahwa kondisi cuaca berdampak langsung pada produksi hortikultura.
“Memang saat ini kondisi cuaca turut memengaruhi tanaman hortikultura. Ini menjadi salah satu pendorong kenaikan harga cabai rawit pada pekan kedua Desember 2025,” ujarnya.
Selain faktor pasokan, lonjakan permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) turut memperparah tekanan harga. Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Reynaldi Sarijowan menilai kenaikan harga cabai-cabaian sudah menjadi pola musiman menjelang akhir tahun.
“Cabai-cabaian ini memang mengalami lonjakan karena dalam beberapa pekan ke depan kita memasuki Natal dan Tahun Baru,” katanya.
Di tingkat daerah, Wali Kota Jakarta Timur Munjirin mengonfirmasi kenaikan harga telur dan cabai di wilayahnya mencapai 15 hingga 20 persen menjelang Nataru.
Pemerintah Waspadai Inflasi Volatile Food
Gubernur Bank Indonesia menyoroti kenaikan harga pangan pokok yang mendorong inflasi volatile food. Ia mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas harga, terutama pada komoditas strategis seperti cabai merah dan telur ayam.
“Yang perlu kita perhatikan adalah menjaga inflasi kelompok volatile food. Pada beberapa waktu terakhir, inflasi pangan bergejolak ini sempat meningkat, didorong oleh komoditas seperti cabai dan telur ayam,” ujar Perry.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Ferry menegaskan pemerintah menargetkan inflasi volatile food tetap di bawah 5 persen guna menjaga inflasi nasional berada dalam kisaran 1,5–3,5 persen hingga akhir 2025.
“Kita membutuhkan upaya ekstra agar inflasi tetap terkendali pada Desember 2025, khususnya inflasi pangan yang bergejolak,” ujarnya.
Untuk meredam tekanan harga, pemerintah mendorong berbagai langkah stabilisasi, mulai dari operasi pasar, gerakan pangan murah, hingga penguatan pemantauan harga bersama Satgas Pangan selama periode Natal dan Tahun Baru.