JAKARTA- Berpuasa diwajibkan bagi anak yang sudah baligh dari sudut pandang agama. Namun, banyak orang tua mulai melatih anak-anak mereka untuk berpuasa sebelum pubertas, dengan durasi yang bervariasi dari beberapa jam hingga sehari penuh.
Prof. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D. Sp.A(K), seorang dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik, menyatakan bahwa tidak ada batasan usia anak untuk mulai belajar berpuasa. Anak-anak yang berminat boleh mulai berpuasa sesuai dengan kemampuan mereka. “Secara agama, yang wajib bagi mereka yang sudah baligh, yaitu remaja. Kalau belajar tidak ada patokannya. Pada saat dia ingin, dia boleh diajak. Kita harus menjelaskan juga makna puasa ke anak, jadi bukan sekadar gak boleh makan dan minum tetapi juga kejujuran. Kalau gak kuat (puasa) gapapa, harus jujur dan mesti bilang, karena lagi belajar,” ujarnya dalam diskusi daring.
Dr. Damayanti juga menambahkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih empati dan kejujuran. Orang tua dapat mengajarkan empati dengan menjelaskan kepada anak bahwa ada orang yang tidak memiliki akses mudah terhadap makanan.
Mengenai menu sahur, Dr. Damayanti menyarankan makanan kaya protein seperti telur, ikan, daging, keju, yogurt, dan susu sapi. Makanan ini membantu anak merasa kenyang lebih lama. Selain protein, anak juga perlu asupan karbohidrat seperti nasi. Konsumsi makanan padat dan cukup air putih juga penting. “Sahur pada saat menjelang fajar, bukan di malam hari. Lalu minum teh manis pas membatalkan puasa, kemudian shalat terus makan. Setelah tarawih, kalau masih lapar, bisa makan lagi. Jadi makannya tiga kali sehari,” katanya.
Dr. Damayanti juga mencatat bahwa bulan puasa dapat menjadi kesempatan baik bagi anak dengan obesitas untuk belajar mengontrol makan dan makan lebih teratur.
Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat belajar berpuasa dengan lancar dan memahami makna di baliknya.





