JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan kebanggaannya atas capaian besar sektor pertanian yang berhasil menekan harga beras di 23 provinsi sekaligus.
Fenomena deflasi beras nasional ini disebut sebagai hasil nyata dari sinergi lintas sektor yang berfokus pada kesejahteraan petani dan masyarakat.
“Tujuan kita menurunkan harga supaya masyarakat bahagia, dan itu sudah tercapai.”
“Tapi kami tidak berhenti di sini. Kami bentuk tim pengawal harga di setiap kabupaten untuk memastikan stabilitas harga beras,” ujar Amran, Rabu (5/11/2025).
Langkah ini menegaskan strategi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan nasional agar tetap seimbang antara kepentingan petani dan konsumen.
Tim pengawal harga yang dibentuk Kementerian Pertanian akan memastikan distribusi dan pasokan tetap terkendali di seluruh wilayah.
Sinergi Lintas Kementerian Jadi Kunci Deflasi Beras Nasional
Menurut Amran, tim pengawal harga terdiri dari unsur Kementerian Pertanian, Bappenas, Perum Bulog, dan aparat penegak hukum.
Mereka akan turun langsung melakukan operasi pasar di daerah dengan harga beras yang masih lebih tinggi dari rata-rata nasional.
“Operasi pasar tidak akan berhenti, bahkan saat panen raya nanti kita akan salurkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) ke daerah-daerah pegunungan yang bukan sentra produksi,” ucap Amran.
Kebijakan itu diharapkan dapat memperluas pemerataan harga dan memperkuat ketahanan pangan nasional menjelang musim tanam berikutnya.
Pemerintah menargetkan harga beras yang stabil di seluruh daerah sebagai indikator keberhasilan program kedaulatan pangan.
Pertanian Nasional Dianggap Berada di Jalur yang Benar
Dengan kolaborasi berbagai pihak, Amran menilai pertanian Indonesia kini berada di jalur yang tepat menuju kemandirian pangan.
Ia menyebut keberhasilan deflasi beras ini bukan hanya prestasi kementeriannya, tetapi hasil gotong royong nasional.
“Ini adalah keberhasilan kita semua, bukan hanya Kementerian Pertanian, tapi seluruh anak bangsa. Dari Presiden, petani, hingga wartawan yang terus mengawal,” katanya.
Amran juga menegaskan, program pengendalian harga beras tidak bersifat jangka pendek, melainkan bagian dari strategi besar menuju kedaulatan pangan berkelanjutan.
Data BPS Tegaskan Tren Penurunan Harga Beras Nasional
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2025 terjadi inflasi umum sebesar 0,28 persen, namun komoditas beras justru mengalami deflasi 0,27 persen (month-to-month).
Capaian ini berbanding terbalik dengan kondisi pada Oktober 2022 dan 2023 yang justru menunjukkan inflasi.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan, deflasi Oktober 2025 bahkan lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya.
“Sedangkan 12 provinsi lainnya mengalami inflasi beras. Terjadi deflasi beras pada Oktober 2025 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ujar Pudji.
Data BPS menunjukkan rata-rata harga beras di penggilingan turun 0,54 persen dibanding bulan sebelumnya.
Untuk beras premium, penurunan mencapai 0,71 persen, sedangkan beras medium menurun 0,46 persen.
Harga Turun di Semua Tingkat Distribusi
Penurunan harga beras juga terjadi di tingkat grosir dan eceran. “Beras di tingkat grosir deflasi sebesar 0,18 persen, dan di tingkat eceran 0,27 persen secara month-to-month,” kata Pudji.
Kondisi ini menunjukkan efektivitas kebijakan pengendalian harga yang dijalankan pemerintah.
Dengan kerja sama lintas sektor dan optimalisasi operasi pasar, pemerintah yakin harga beras akan tetap stabil hingga akhir tahun.***





