DEN HAAG, BELANDA – Demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan imigrasi di ibu kota Belanda, Den Haag, berubah menjadi chaos pada Sabtu (20/9/2025) malam. Ribuan peserta yang mayoritas berasal dari kelompok sayap kanan bentrok sengit dengan aparat kepolisian, menyebabkan penangkapan massal dan luka-luka di kalangan petugas.
Insiden ini menambah ketegangan politik jelang pemilu nasional lebih dari sebulan lagi.
Aksi protes yang awalnya damai ini dimulai sebagai seruan untuk reformasi migrasi yang lebih ketat, termasuk pembatasan ketat terhadap pencari suaka.
Namun, situasi memanas ketika sekelompok demonstran mulai melempar batu, botol, dan benda tajam ke arah barisan polisi.
Respons cepat dari aparat termasuk peluncuran gas air mata dan tembakan meriam air untuk membubarkan massa yang kian tak terkendali.
Berdasarkan laporan awal, setidaknya 30 orang ditahan atas dugaan keterlibatan dalam kerusuhan. Dua petugas polisi mengalami luka ringan akibat lemparan benda keras, sementara kerusakan material mencakup pembakaran satu unit mobil polisi dan pemecahan jendela di kantor pusat Partai D66—partai kiri-tengah yang sering dikritik kelompok ekstrem kanan sebagai wakil “elit progresif”.
Polisi setempat juga memperingatkan kemungkinan penangkapan tambahan setelah analisis rekaman kamera pengawas CCTV.
Demonstran sempat memblokir akses jalan raya utama di sekitar lokasi, mengganggu lalu lintas dan menimbulkan kepanikan di kalangan warga sekitar.
Latar Belakang Protes Anti-Imigrasi di Belanda
Demonstrasi ini diselenggarakan oleh jaringan aktivis sayap kanan yang semakin vokal dalam menyoroti isu imigrasi ilegal dan integrasi pengungsi.
Mereka mengibarkan bendera nasional Belanda serta simbol-simbol kelompok identitas nasionalis, menuntut pemerintah pusat untuk menegakkan aturan yang lebih tegas.
Timing aksi ini strategis, mengingat pemilihan umum nasional tinggal sebulan lebih sedikit, di mana isu migrasi diprediksi menjadi penentu suara pemilih konservatif.
Belanda, sebagai salah satu negara Eropa Barat dengan populasi imigran signifikan, telah menjadi medan pertempuran politik soal kebijakan perbatasan.
Protes serupa pernah terjadi di kota-kota besar seperti Amsterdam dan Rotterdam, tetapi skala di Den Haag kali ini menonjol karena partisipasi ribuan orang dan eskalasi kekerasan yang cepat.
Dampak dan Respons Otoritas
Insiden kerusuhan ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa ringan, tapi juga menyoroti tantangan keamanan publik di tengah polarisasi politik.
Pihak berwenang Belanda kini meningkatkan pengawasan terhadap acara serupa, sementara kelompok hak asasi manusia mendesak investigasi independen untuk memastikan hak demonstran tidak dilanggar.




