JAKARTA – Di tengah gejolak ekonomi global, pasar keuangan Indonesia dinilai masih cukup kuat.
Hal ini disampaikan oleh Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, yang melihat ada beberapa faktor penting yang membuat Indonesia tetap stabil, meski situasi global sedang panas-panasnya.
Andry menyebut, salah satu penopang utama kekuatan ekonomi Indonesia adalah permintaan domestik yang stabil, terutama selama bulan Ramadan.
Di masa-masa itu, tercatat masyarakat masih tetap aktif berbelanja dan bertransaksi, sehingga roda ekonomi tetap berputar.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga dinilai siap turun tangan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah lewat cadangan devisa yang masih cukup aman.
“Pasar domestik kita punya buffer yang kuat, baik dari sisi intervensi BI maupun dari sisi permintaan masyarakat,” kata Andry, Selasa (8/4/2025).
Tak hanya itu, Andry juga menyebutkan, walau tekanan global meningkat, nilai tukar rupiah masih relatif stabil.
Hari ini saja, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.610 hingga Rp16.840 per dolar AS. Bahkan, pada 26 Maret lalu, rupiah sempat menguat sedikit ke posisi Rp16.560.
Sebelum libur panjang Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,59 persen ke level 6.510,62. Menariknya, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp623,6 miliar, tanda bahwa kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia masih cukup tinggi.
Dari sisi obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun dalam rupiah turun jadi 7 persen. Penurunan yield ini biasanya menunjukkan permintaan tinggi, alias banyak yang beli, tanda masih adanya optimisme pasar.
Gejolak global belakangan ini sebagian besar dipicu oleh keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan tarif impor untuk banyak negara.Tak hanya Indonesia, China, Vietnam, hingga Uni Eropa pun ikut terkena dampaknya.
Kondisi ini membuat pasar global jadi tak menentu. Namun, menurut Andry, justru di situlah peluang muncul, karena negara-negara berkembang seperti Indonesia bisa memanfaatkan kondisi ini untuk menata ulang strategi dagang dan menarik investasi baru.
“Di saat dunia penuh ketidakpastian, kekuatan domestik jadi nilai jual utama Indonesia,” ujar Andry.




