JAKARTA – Cold Moon 2025 kembali menjadi sorotan global karena bulan purnama bulan Desember ini dikenal sebagai penanda masuknya puncak musim dingin di belahan Bumi Utara.
Fenomena ini diwariskan dari tradisi suku-suku asli Amerika seperti Mohawk yang menggambarkan udara yang kian menggigit.
Bulan penuh yang juga dijuluki Long Nights Moon, Moon Before Yule, Wolf Moon, hingga Oak Moon ini telah lama dimaknai sebagai simbol perubahan musim, malam yang semakin panjang menjelang solstise, dan keteguhan alam yang tetap bertahan di tengah suhu ekstrem.
Dalam kacamata spiritual, Cold Moon kerap dianggap sebagai momen refleksi mendalam untuk menutup perjalanan setahun dan menata ulang langkah menuju awal tahun berikutnya layaknya tarikan napas panjang setelah perjalanan panjang.
Cold Moon tahun 2025 menjadi semakin istimewa karena statusnya sebagai supermoon yang bertepatan dengan posisi Bulan di titik terdekatnya dengan Bumi, yakni sekitar 356.962 kilometer.
Fenomena ini merupakan supermoon ketiga berturut-turut di penghujung 2025 sekaligus menjadi bulan purnama terbesar kedua sepanjang tahun, sehingga tampil dengan ukuran 10–14 persen lebih besar dan cahaya hingga 30 persen lebih terang dari kondisi normal.
Ketinggian Bulan yang mencapai posisi tertinggi di langit belahan Utara membuat Cold Moon 2025 terlihat lebih dominan dan lebih mudah diamati sepanjang malam.
Tahun 2025 sendiri dianggap sebagai tahun penuh kejutan astronomi karena menghadirkan tiga supermoon dan dua gerhana Bulan total pada Maret serta September, menjadikan Cold Moon sebagai penutup langit yang spektakuler.
Puncak purnama Cold Moon terjadi pada 4 Desember 2025 pukul 23.14 UTC atau setara 6.14 PM EST, namun penampakan Bulan akan tampak penuh selama tiga malam berturut-turut pada 3–4, 4–5, dan 5–6 Desember.
Waktu terbaik untuk menyaksikan keindahan Cold Moon adalah saat Bulan terbit di ufuk timur pada 5 Desember setelah matahari terbenam ketika efek ilusi optik membuat Bulan tampak sangat besar seperti bola salju raksasa.
Para pengamat dianjurkan memilih lokasi dengan horizon timur yang terbuka seperti pantai, bukit, lapangan luas, atau atap rumah tanpa gangguan polusi cahaya agar cahaya Bulan tampil lebih kontras.
Di Indonesia, kawasan seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta atau perbukitan di Bali dapat menjadi titik pengamatan yang sangat ideal untuk menyaksikan supermoon ini.
Waktu terbit Bulan dapat dicek melalui kalkulator moonrise daring dengan estimasi terbit sekitar pukul 18.30 WIB di Jakarta dan sekitar pukul 18.35 WIB di Bandung pada tanggal 5 Desember.
Menikmati Cold Moon bisa dilakukan dengan mata telanjang karena Bulan akan ditemani Jupiter, Orion, dan gugusan Pleiades, namun binokuler atau teleskop dapat membantu melihat detail kawah secara lebih jelas.
Penggemar fotografi disarankan memotret saat Bulan masih berada dekat horizon dengan menggunakan tripod untuk mendapatkan hasil pencahayaan yang stabil dan dramatis.
Meski cuaca Indonesia tropis, malam Desember bisa terasa lebih sejuk sehingga membawa pakaian hangat, selimut, atau minuman panas dapat membuat pengalaman menyaksikan Bulan lebih nyaman.
Agar pengamatan makin optimal, biarkan mata beradaptasi dengan gelap selama 15–20 menit dan pastikan cuaca cerah tanpa tutupan awan.
Cold Moon juga dapat dinikmati bersamaan dengan hujan meteor Geminid yang memuncak pada 13–14 Desember sehingga memberikan pengalaman astronomi ganda yang sangat langka.
Fenomena Cold Moon 2025 bukan sekadar tontonan langit, tetapi juga pengingat bahwa pergantian musim membawa harapan baru sehingga layak untuk disaksikan meski cuaca terkadang tidak bersahabat.***