JAKARTA – Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji menyebut handphone kini menggeser peran orang tua dalam pengasuhan anak di Indonesia. Wihaji memperingatkan bahwa ketergantungan teknologi dapat memicu lahirnya generasi rapuh.
“Saya tidak mengatakan ini secara pribadi, tetapi data dari UNICEF menunjukkan bahwa 20,9 persen anak Indonesia mengalami fatherless, atau kehilangan sosok ayah,” ungkap Wihaji dalam dialog Laporan 8 Petang Garuda TV, Senin (4/8/2025).
Ia menegaskan bahwa kehadiran ayah sangat penting untuk membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan anak, yang kini terancam oleh pengaruh teknologi.
Wihaji menyoroti bahwa anak-anak kini lebih banyak berinteraksi dengan handphone ketimbang orang tua. Dengan rata-rata penggunaan handphone 7,8 jam per hari, teknologi telah menjadi “keluarga baru” di banyak rumah tangga.
“Kalau tidak hati-hati, anak-anak hari ini tidak lagi memiliki figur orang tua sejati—bukan ayah atau ibu, tapi handphone-lah yang membesarkan mereka.
Secara keilmuan, kehadiran ayah terbukti berpengaruh terhadap kepemimpinan seorang anak.” Tanpa figur ayah, anak berisiko menjadi bagian dari strawberry generation generasi yang lemah secara mental dan emosional.
“Mereka tidak hanya butuh uang saku atau dibayarkan kebutuhannya, tetapi mereka juga membutuhkan perhatian emosional,” tegas Wihaji.
Untuk mengatasi ancaman ini, Wihaji mengusulkan pentingnya keteladanan ayah. Ia mencontohkan tindakan sederhana seperti mengesampingkan handphone saat makan bersama atau mengantar anak ke sekolah sebagai cara membangun ikatan emosional.
“Anak-anak hari ini butuh “tulodho“ butuh keteladanan. Jika kita memberikan contoh yang baik, tanpa harus berkata, anak akan mengikuti,” katanya.
Wihaji juga menyinggung perlunya perubahan algoritma sosial di masyarakat Indonesia, yang masih cenderung menyerahkan pengasuhan kepada ibu.
“Hari-harinya anak sama ibu, tapi peran psikologis seorang ayah dalam membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan anak sangat besar,” ujarnya.
BKKBN mengajak para ayah untuk aktif terlibat dalam pengasuhan dan menjadi teladan nyata, demi menyelamatkan generasi penerus dari pengaruh negatif teknologi dan krisis fatherless.




