JAKARTA – Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan, Kota Malang, kembali membuka pintunya untuk pelaksanaan Salat Idulfitri pada Senin (31/3/2025).
Tradisi yang telah berlangsung bertahun-tahun ini menjadi bukti nyata toleransi antarumat beragama di Indonesia. Halaman gereja dijadikan tempat salat bagi umat Islam yang tak tertampung di Masjid Jami’ terdekat.
Para pengurus gereja, termasuk romo, suster, dan frater, menyambut hangat umat Muslim yang datang untuk melaksanakan Salat Id. Mereka berdiri di depan gereja untuk memberikan ucapan selamat Idulfitri kepada para jamaah yang melintas.
“Kami diberkahi lokasi yang memungkinkan ini terjadi. Tradisi ini kami bangun untuk menunjukkan kebinekaan dan ke-Indonesiaan. Kami bangga dengan toleransi dan keberagaman,” ujar Romo Paulus Teguh O.Carm.
Mahasiswa Katolik Dilibatkan
Sejak pukul 05.00 WIB, halaman gereja mulai dibersihkan dan disiapkan dengan alas salat.
Sejumlah mahasiswa Katolik dari Universitas Negeri Malang turut membantu dengan mengumpulkan koran dan perlengkapan lainnya agar jamaah dapat beribadah dengan nyaman.
Salat Id sendiri dipusatkan di Masjid Jami’ yang berdekatan, namun jumlah jamaah yang membludak menyebabkan sebagian harus menempati halaman Gereja Kayutangan.
Pihak gereja dengan senang hati membuka ruang bagi umat Muslim yang membutuhkan tempat tambahan untuk melaksanakan ibadah.
Usai salat, pengurus gereja kembali berdiri di depan gerbang untuk memberikan salam dan ucapan selamat kepada umat Muslim.
Momen ini menjadi simbol kebersamaan yang semakin mempererat hubungan antaragama di Kota Malang.
Sejarah Gereja Kayutangan dan Masjid Jami’ Malang
Gereja Katolik Kayutangan, yang berlokasi di Jalan Sugiyopranoto, Malang, merupakan bangunan bersejarah dengan arsitektur neo-gotik yang berdiri sejak abad ke-19.
Kemegahan bangunannya menjadi salah satu daya tarik utama di Kota Malang.
Di sisi lain, Masjid Jami’ Malang yang berdiri di Jalan Merdeka Barat juga memiliki nilai historis tinggi.
Dibangun pada abad ke-19, masjid ini mengusung perpaduan arsitektur Jawa dan Arab.
Kedekatan fisik antara gereja dan masjid ini semakin memperlihatkan harmoni antarumat beragama di kota ini.
Tradisi Gereja Kayutangan yang memfasilitasi Salat Idulfitri di halamannya diharapkan terus terjaga, menjadi inspirasi bagi banyak daerah lain di Indonesia dalam merawat kebersamaan dan toleransi.***