PAPUA – Insiden tragis penyerangan terhadap guru dan tenaga kesehatan (nakes) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, mengguncang publik. Dalam dua serangan berturut-turut pada 21–22 Maret 2025, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyerang warga sipil yang berdedikasi untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat setempat.
Salah satu korban, Rosalia Rerek Sogen, seorang guru berdedikasi, meninggal dunia dalam serangan tersebut, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan rekan sejawat.
Dua Serangan Brutal di Distrik Anggruk
Penyerangan pertama terjadi pada 21 Maret 2025 sekitar pukul 16.00 WIT, melibatkan 10–15 pelaku bersenjata. Serangan kedua menyusul pada 22 Maret 2025 pukul 07.00 WIT, dilakukan oleh delapan orang. Dalam insiden kedua, Rosalia Rerek Sogen, seorang guru matematika, ditemukan tewas. Enam rekan lainnya, yang terdiri dari guru dan tenaga kesehatan, juga menjadi korban; tiga di antaranya luka berat dan tiga lainnya luka ringan.
Distrik Anggruk, yang selama ini dikenal sebagai wilayah aman, kini menjadi saksi bisu kekejaman OPM. Tragedi ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mengancam misi mulia para pendidik dan tenaga kesehatan di Papua.
Rosalia Rerek Sogen: Guru Penuh Dedikasi dari NTT
Rosalia, alumnus Program Studi Matematika FKIP Universitas Nusa Cendana Kupang, dikenal sebagai sosok yang tenang, cerdas, dan sederhana. Berasal dari Larantuka Lewotala, Nusa Tenggara Timur, ia mulai bertugas sebagai guru kontrak di Yahukimo sejak 2021.
“Rosalia adalah simbol pengabdian tanpa tanda jasa,” ungkap salah satu sahabatnya, mengenang dedikasinya dalam mencerdaskan anak-anak Papua di daerah terpencil.
TNI: Guru dan Nakes adalah Profesional, Bukan Bagian Satgas
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi, menegaskan bahwa para guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Yahukimo adalah tenaga profesional tanpa keterkaitan dengan Satgas TNI.
“Para guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Distrik Anggruk maupun distrik lainnya di Kabupaten Yahukimo adalah tenaga profesional yang tidak berafiliasi dengan satuan tugas TNI. Mereka adalah warga sipil yang bekerja secara profesional, berdedikasi tinggi, dan murni bertugas untuk melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dan kesehatan,” tegas Kristomei di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (7/7/2025).
Pernyataan ini diperkuat oleh Yayasan Serafim dan Pemerintah Daerah Yahukimo. Mereka menegaskan bahwa guru dan nakes di 33 distrik di Yahukimo telah melalui seleksi ketat dan ditugaskan murni untuk pelayanan publik, tanpa keterlibatan dalam aktivitas militer.
Kejahatan Kemanusiaan yang Mengancam Pembangunan Papua
Penyerangan terhadap guru dan nakes ini bukan sekadar tindakan kekerasan, melainkan kejahatan kemanusiaan yang menghambat upaya pemerintah dan TNI dalam memajukan pendidikan dan kesehatan di Papua. TNI bersama pemerintah daerah berkomitmen untuk meningkatkan perlindungan bagi para tenaga pendidik dan kesehatan, memastikan mereka dapat menjalankan tugas mulia tanpa ancaman.
“Peristiwa ini sangat kami sesali. TNI akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan rasa aman bagi para pendidik dan tenaga kesehatan, demi mempercepat pembangunan sumber daya manusia di Papua,” tambah Kristomei.
Solidaritas untuk Rosalia dan Korban Lain
Tragedi ini memicu gelombang duka dari berbagai pihak. Rosalia dan rekan-rekannya dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang rela mengabdikan diri di daerah terpencil. Masyarakat, pemerintah, dan TNI berharap kejadian ini menjadi yang terakhir, sekaligus memperkuat tekad untuk menjaga keamanan dan mendukung pembangunan di Papua.
Insiden di Yahukimo menjadi pengingat akan tantangan besar dalam membangun Papua. Dedikasi Rosalia dan para nakes menjadi inspirasi sekaligus panggilan untuk menjaga misi kemanusiaan di tengah ancaman. TNI dan pemerintah daerah mengajak semua pihak untuk bersatu melawan kekerasan dan mendukung upaya membangun masa depan yang lebih baik bagi Papua.