JAKARTA – Hujan deras yang mengguyur Jalur Gaza pada Kamis (11/12/2025) kembali merendam ratusan tenda pengungsian, memperburuk krisis kemanusiaan yang dialami keluarga Palestina yang terusir dari rumah mereka selama dua tahun konflik.
Curah hujan tinggi sejak dini hari hingga malam memicu banjir di berbagai lokasi pengungsian, membuat kondisi hidup warga semakin sulit. Pertahanan Sipil Gaza menyebut telah mengevakuasi puluhan tenda di Rafah, wilayah selatan Gaza, setelah area tersebut terendam sepenuhnya, seperti dilansir dari Anadolu, Jumat (12/12/2025).
Juru bicara Mahmoud Basal sehari sebelumnya memperingatkan lebih dari 250.000 keluarga di kamp pengungsian rentan terhadap cuaca dingin dan genangan air karena tinggal di tenda-tenda usang yang tidak mampu menahan hujan. Lembaga itu menekankan situasi bisa semakin memburuk jika badai musim dingin berlanjut, mengingat minimnya tempat penampungan sementara yang layak.
Kantor Media Pemerintah Gaza pada Selasa juga mengingatkan bahwa sistem tekanan rendah kutub akan memengaruhi wilayah tersebut hingga Jumat malam, mengancam ratusan ribu keluarga pengungsi. Sejak Rabu, ribuan tenda berubah menjadi genangan air, membuat tempat tidur, pakaian, dan persediaan makanan basah, serta meninggalkan keluarga Palestina terpapar udara dingin tanpa perlindungan memadai.
Data pemerintah menunjukkan Gaza membutuhkan sekitar 300.000 tenda dan unit hunian sementara untuk memenuhi kebutuhan dasar warga setelah infrastruktur hancur akibat perang dua tahun terakhir. PBB memperkirakan biaya rekonstruksi mencapai 70 miliar dolar AS, menyusul serangan Israel yang menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 171.000 orang. Serangan itu kini terhenti setelah gencatan senjata berlaku sejak 10 Oktober.