JAKARTA – Kamis pagi (24 Juli 2025), pasar modal Indonesia menunjukkan optimisme kuat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia langsung bergerak di jalur positif sejak pembukaan, dipengaruhi sentimen global terkait kesepakatan perdagangan antara negara-negara besar dunia.
IHSG dibuka menguat 15,85 poin atau 0,21 persen di posisi 7.485,08. Hingga pertengahan sesi pertama, penguatan makin solid mencapai 79,42 poin atau setara 1,06 persen ke level 7.548,65.
Pergerakan ini mengindikasikan bahwa kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia masih terjaga di tengah dinamika ekonomi global.
Sementara itu, indeks LQ45—yang merepresentasikan 45 saham unggulan berkapitalisasi besar—ikut terdorong naik sebesar 8,66 poin atau 1,10 persen, menetap di level 799,10.
Momentum ini tak lepas dari faktor eksternal yang turut memberi angin segar bagi pelaku pasar.
Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menilai pergerakan IHSG Kamis ini masih akan ditopang oleh sentimen eksternal, terutama harapan terhadap kelanjutan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
“Dengan tren naik yang tetap dominan, IHSG diperkirakan berpotensi melanjutkan reli penguatan dan menguji level psikologis di level 7.500,” ujar Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Faktor Global Dorong Pasar
Salah satu pendorong utama penguatan IHSG adalah adanya kemajuan perjanjian dagang antara AS dan Jepang.
Dalam perjanjian itu, tarif untuk sejumlah komoditas diturunkan, termasuk tarif sektor otomotif dari 25 persen menjadi 15 persen.
Jepang juga disebut akan menginvestasikan dana sebesar USD 550 miliar di wilayah AS.
Perkembangan ini memberi sinyal positif bagi kemungkinan tercapainya kesepakatan serupa antara AS dan Uni Eropa.
Financial Times dan Bloomberg mengungkap bahwa pola negosiasi antara AS dan Uni Eropa bisa meniru kesepakatan dengan Jepang, termasuk penyesuaian tarif ke level 15 persen.
Dari sisi kebijakan moneter, kekhawatiran pasar terhadap potensi pemecatan Ketua The Fed Jerome Powell oleh Presiden AS Donald Trump mulai mereda.
Trump dan Menteri Keuangan AS telah memberikan sinyal bahwa pergantian pucuk pimpinan The Fed tidak akan terjadi dalam waktu dekat, memberi ketenangan pada pelaku pasar.
Fokus ke Pertemuan The Fed dan ECB
Pasar saat ini mengalihkan fokusnya ke pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 29–30 Juli 2025.
Diperkirakan, The Fed akan mempertahankan suku bunga tetap meski ada tekanan dari Trump untuk pemangkasan.
Powell dalam pidatonya pada konferensi The Fed Selasa lalu (22/7) menolak memaparkan prospek suku bunga, dan lebih menekankan pentingnya regulasi perbankan di tengah dinamika pasar keuangan.
Selain itu, pelaku pasar juga menanti hasil rapat Bank Sentral Eropa (ECB) yang dijadwalkan Kamis (24/7), yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 2,15 persen. Hal ini diambil dengan pertimbangan inflasi dan tekanan tarif AS.
Data Ekonomi Eropa dan AS Menjadi Sorotan
Dari kawasan Eropa, investor akan mengamati rilis data flash sektor manufaktur untuk bulan Juli 2025.
Di Jerman, HCOB Manufacturing PMI diprediksi sedikit naik ke 49,4 dari 49 sebelumnya.
Sedangkan Inggris memperkirakan S&P Global Manufacturing PMI Flash naik ke level 48 dari 47,7.
Sementara dari AS, S&P Global Manufacturing PMI Flash diprediksi justru sedikit menurun menjadi 52,5 dari 52,9 pada bulan sebelumnya. Namun angka tersebut masih menunjukkan ekspansi sektor manufaktur.***