JAKARTA – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan bahwa pertemuan strategis dengan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Yordania membuka babak baru kerja sama pertahanan dan intelijen antara kedua negara. Kolaborasi ini dianggap penting dalam konteks perdamaian Gaza serta penguatan kapasitas militer bilateral.
Pertemuan digelar di kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, menjelang kunjungan kenegaraan Raja Abdullah II yang dijadwalkan sore harinya. Sjafrie menyebut kunjungan Kepala Staf Gabungan Yordania sebagai “kunjungan balas” setelah lawatannya ke Yordania beberapa waktu lalu. Pertukaran ini menjadi bukti komitmen nyata kedua negara pasca penandatanganan defense agreement pada 12 April 2025.
“Komitmen kita adalah setelah menandatangani defense agreement yang kita anggap sebagai yang paling cepat pada tanggal 12 April 2025,” kata Sjafrie di Kantor Kemhan, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2025).
Kerja Sama Militer yang Konkret
Menurut Sjafrie, kerja sama ini tidak sekadar formalitas. Indonesia telah mengirim tim latihan ke King Abdullah Special Operation Training Center di Yordania untuk pelatihan sub-urban, sementara beberapa perwira Angkatan Udara mengikuti program tactical air traffic control.
Sebaliknya, Yordania mengirim perwira menengah untuk mengikuti pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Menhan menekankan bahwa langkah ini menunjukkan hubungan profesional militer yang terus berkembang antara kedua negara.
Fokus Intelijen dan Atase Pertahanan
Salah satu fokus utama kerja sama adalah pembentukan komite pertukaran intelijen terkait situasi di Gaza. Sjafrie menekankan posisi strategis Yordania sebagai mitra penting Indonesia dalam memantau kondisi terkini di wilayah tersebut.
“Kami memutuskan untuk meng-update laporan intelijen situasi di Gaza melalui Yordania, tentunya melalui atase pertahanan,” ujar Sjafrie.
Indonesia menyiapkan calon atase pertahanan di Yordania, sementara Yordania akan menugaskan atase pertahanan di Jakarta. Langkah ini bertujuan memastikan komunikasi tetap lancar dan Indonesia dapat merespons perkembangan secara efektif.
“Yang penting adalah kita tidak kehilangan komunikasi, kita tidak kehilangan situasi, sehingga kita tahu apa yang akan kita kerjakan di sana,” tambah Sjafrie.
Peacekeeping, Bukan Peacemaking
Mengenai kontribusi Indonesia dalam misi perdamaian di Gaza, Sjafrie menegaskan bahwa peran yang akan diambil adalah **peacekeeping operation**, bukan peacemaking. Artinya, pasukan Indonesia akan hadir setelah gencatan senjata dan pelucutan senjata, dengan tugas menjaga stabilitas serta mendukung proses politik jangka panjang.
“Kalau peacekeeping itu berarti kita sudah melihat adanya gencatan senjata kemudian disarm sudah terjadi, pasukan untuk menjaga perdamaian bisa berlangsung lebih lama menuju perundingan politik,” jelasnya.
Indonesia menunggu hasil pembahasan antara Presiden Prabowo Subianto dan Raja Abdullah II terkait inisiatif perdamaian Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat. Hasil pembahasan ini akan menjadi pedoman dalam menentukan langkah strategis selanjutnya, termasuk kemungkinan pengiriman pasukan perdamaian.
Untuk diketahui, hubungan militer Indonesia dan Yordania telah berlangsung lama, namun baru-baru ini mengalami percepatan signifikan. Penandatanganan defense agreement pada April 2025 menandai fase baru kerja sama, meliputi pertukaran perwira, pelatihan bersama, serta kolaborasi dalam misi kemanusiaan dan perdamaian internasional.
Yordania, sebagai negara yang aktif dalam misi perdamaian PBB termasuk di Timur Tengah, memberikan pengalaman penting bagi Indonesia untuk memperluas kapasitas dalam humanitarian airlift dan operasi pemeliharaan perdamaian.
Kolaborasi ini bersifat strategis secara regional. Dengan posisi Yordania sebagai negara tetangga Palestina, komunikasi intelijen yang lancar memungkinkan Indonesia memperoleh informasi akurat terkait perkembangan konflik. Selain itu, keterlibatan Indonesia dalam peacekeeping di Gaza memperkuat peran diplomasi Indonesia di forum internasional dan meningkatkan kredibilitas di mata PBB serta komunitas internasional sebagai kontributor misi kemanusiaan dan perdamaian.
Melalui pertemuan strategis Menhan Sjafrie dengan Kepala Staf Gabungan Yordania, Indonesia memperdalam kerja sama militer dan intelijen, sekaligus mempersiapkan diri untuk misi perdamaian di Gaza. Penugasan atase pertahanan, pembentukan komite intelijen, dan kesiapan peacekeeping menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjalankan diplomasi pertahanan secara profesional dan konstruktif.




