JAKARTA – Perusahaan bimbingan belajar terbesar di Amerika Serikat, Chegg resmi “gulung tikar”. Perusahaan bimbingan belajar online yang didirikan pada tahun 2006 ini “tumbang” setelah kehadiran chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif seperti ChatGPT.
Chatbot tersebut berhasil “membajak” setengah juta pelanggan Chegg yang beralih menggunakan ChatGPT. Akibatnya, Chegg mengalami kerugian yang ditaksir mencapai 19,95 dolar AS atau sekitar Rp 314.535 per pelanggan.
Kerugian ini juga menyebabkan saham Chegg anjlok hingga 99 persen menjadi 1,86 dolar AS per lembar.
Perusahaan memperkirakan bahwa biaya PHK ini akan mencapai antara 22 hingga 26 juta dolar AS, di mana 18 hingga 22 juta dolar AS akan dialokasikan untuk transisi karyawan, pembayaran pesangon, tunjangan, dan biaya lainnya.
Dalam siaran pers yang menyertai pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), CEO dan Presiden Chegg, Nathan Schultz, mengungkapkan bahwa “Perubahan teknologi terbaru dan AI generatif telah menciptakan tantangan besar.” kata Nathan Schultz
“Sebagai akibatnya, kami melakukan restrukturisasi tambahan,” tambah Schultz.
“Meskipun demikian, masih ada pasar siswa yang mencari keahlian pembelajaran berkualitas tinggi, teruji, dan unik yang disediakan Chegg. Kami percaya bahwa merek dan pengalaman produk kami akan tetap tangguh dan bertahan,” tutupnya.
Chegg, yang menyediakan layanan bimbingan belajar online, bantuan pekerjaan rumah, dan buku teks digital, menjadi perusahaan teknologi kedua di Bay Area yang mengumumkan PHK besar menjelang liburan minggu ini. Pada hari Selasa, perusahaan 23andMe juga mengumumkan rencana untuk memangkas 200 pekerjaan.
thanks a lot of information keren