JAKARTA – Di dunia industri EPC (Engineering, Procurement, and Construction), peran Piping Stress Analysis Engineer menjadi sangat strategis.
Mereka punya peran besar, terutama bertanggung jawab untuk memastikan semua jalur perpipaan dalam proyek tidak mengalami kegagalan (failed) akibat tekanan, suhu (thermal growth), dan beban operasional, serta beban sesekali (occasional) lainnya.
PT Rekayasa Industri (Rekind), sebagai perusahaan EPC di Indonesia, juga mengandalkan keunggulan tersendiri kompetensi para engineer-nya termasuk Piping Stress Analysis Engineer ini.
Inovasi selalu menjadi andalannya, terutama dalam menyikapi sejumlah kendala di proyek yang tengah mereka kerjakan. Langkah inovasi inilah yang membedakan Rekind dengan perusahaan EPC lainnya di tanah air.
Kepiawaian terhadap kompetensi di bidangnya masing-masing sangat berperan penting. Sebab jika terjadi kegagalan, dampak yang ditimbulkan sangat besar.
Bayangkan jika satu pipa mengalami failed, konsekuensinya membutuhkan waktu 3 hari, bahkan ada yang sampai satu bulan untuk perbaikan, dengan konsekuensi pabrik harus shut down.
Tentu, sudah bisa dibayangkan berapa banyak kerugian yang harus ditanggung pemilik proyek dan kontraktor?
Apalagi, jika kegagalan sistem perpipaan berdampak kepada peralatan sensitif seperti kompresor, pompa, dan peralatan lainnya.
Oleh karena itu, peran piping stress engineer menjadi sangat vital dalam memastikan keandalan sistem.
“Di dunia rekayasa teknik, ada tiga bidang utama dalam piping engineering yaitu Stress Engineer, Material Engineer, Piping Material Control Engineer, dan Design Engineer.”
“Masing-masing memiliki tugas berbeda, tetapi saling berkaitan untuk memastikan desain dan instalasi pipa berjalan dengan baik,” ujar Ridho Ezelo, Senior Stress Analysis Piping Engineer Rekind.
Ridho Ezelo yang bergabung dengan Rekind sejak tahun 2011, langsung ditempatkan sebagai Stress Engineer dan terlibat dalam proyek besar, seperti Proyek Oil & Gas Dayung Compression & Grissik, Jambi; Proyek PLTP Muara Laboh, Sumatra Barat; hingga PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat.

“Tugas utama seorang Stress Engineer adalah menghitung dan mengevaluasi apakah pipa serta komponennya mampu menahan tekanan suhu, beban, dan daya yang bekerja selama pengoperasian tanpa mengalami kegagalan,” tandas Ridho.
Dalam praktiknya, pekerjaan Stress Engineer di Rekind jauh lebih kompleks dibandingkan perusahaan EPC lainnya.
Mereka tidak hanya bertugas memvalidasi pipa dan komponennya, tetapi juga mengembangkan beragam inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi potensi terjadinya kegagalan.
Salah satu pengalaman menarik Ridho Ezelo terjadi di Proyek PLTP Ulubelu, Lampung.
Saat itu, terjadi pipa jatuh akibat support (penahan pipa agar tidak bergeser atau jatuh) gagal menahan beban, terutama saat kondisi hujan.
Meskipun kalkulasi telah dilakukan sebelumnya, kondisi di lapangan bisa berubah, misalnya akibat tekanan, suhu operasional, atau faktor eksternal lainnya.
Akibatnya, terjadi water hammering, yaitu fenomena getaran pada pipa yang bisa menyebabkan kegagalan. struktural.
Ketika terjadi trouble pada pipa, langkah pertama seorang Stress Engineer Rekind adalah melakukan investigasi menyeluruh.
Dia harus memahami kondisi operasi pipa, seperti jenis fluida yang mengalir, tekanan, suhu, dan kemungkinan faktor lain yang menyebabkan stres berlebihan.
Jika ditemukan ketidaksesuaian dengan perhitungan awal, maka perlu dilakukan rekalkulasi dan penyesuaian desain agar pipa tetap berada dalam batas aman.
Rekind dikenal sebagai perusahaan EPC yang mengembangkan berbagai inovasi dalam Piping Stress Analysis.
Salah satu inovasi yang digunakan adalah Cold Setting, sebuah metode yang memungkinkan pipa tetap berada di atas supportnya saat terjadi pergeseran akibat tekanan atau suhu operasional.
Selain itu, penerapan fleksibilitas dalam desain pipa juga menjadi kunci utama dalam inovasi Rekind.
Dalam beberapa proyek, strategi desain yang fleksibel mampu mengurangi kebutuhan elbow, sehingga meningkatkan efisiensi routing pipa dan menghemat biaya material.
Ridho Ezelo juga menekankan bahwa peran Stress Engineer bukan hanya menghitung beban dan tekanan, tetapi juga bertindak sebagai flexibility analyst.
Ini berarti, mereka harus memastikan pipa memiliki tingkat fleksibilitas yang cukup sehingga tidak mengalami tegangan berlebih yang menyebabkan kegagalan material, struktur sipil dan mechanical equipment saat beroperasi.
Menurut Corporate Secretary Rekind Budi Adi Nugroho, semua proyek yang dikerjakan perusahaan kerap mendapat polesan efektivitas inovasi para engineer Rekind.
Bahkan, berkat pendekatan inovatif yang dilakukan oleh tim Stress Engineer Rekind, sistem perpipaan di seluruh proyek yang dikerjakan Rekind dapat beroperasi optimal tanpa kendala teknis hingga saat ini.
“Berbekal inovasi tim Stress Engineer, Rekind telah membuktikan keunggulannya di berbagai proyek besar.”
“Dengan pendekatan yang lebih inovatif dan sistematis, Rekind terus memimpin dalam industri EPC Indonesia, memastikan bahwa setiap proyek yang mereka tangani berjalan dengan efisiensi dan keandalan maksimal,” tandas pria yang akrab disapa BAN tersebut.***