JAKARTA – Israel mengambil langkah tegas dengan melarang warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke Gaza utara, menyusul tuduhan yang dilontarkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa Hamas telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Dalam sebuah pernyataan resmi, kantor Netanyahu menyebutkan bahwa Hamas gagal membebaskan Arbel Yehud, seorang tahanan Israel yang seharusnya dibebaskan dalam kerangka kesepakatan tersebut. “Israel telah menerima empat tentara wanita dari Hamas dan sebagai imbalannya akan membebaskan tahanan keamanan,” ungkap pernyataan itu.
Pada Sabtu (25/1), Hamas memang membebaskan empat tentara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dicapai dengan Israel. Namun, Israel menuntut bukti bahwa Yehud masih hidup dan akan dibebaskan dalam waktu dekat. Sumber yang dilaporkan oleh Al-Qahera News mengonfirmasi bahwa Yehud masih hidup dan akan dibebaskan pada Sabtu depan, meskipun rincian lebih lanjut belum diberikan.
Seiring dengan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari, Israel juga berencana menarik diri dari Koridor Netzarim yang memisahkan Gaza utara dan selatan, memungkinkan warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke wilayah utara Gaza. Selain itu, Israel juga membebaskan sekitar 200 tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
Perjanjian gencatan senjata yang berlangsung dalam tiga fase ini bertujuan untuk mencapai kedamaian jangka panjang, meskipun krisis kemanusiaan yang semakin memburuk telah menyebabkan lebih dari 47.000 warga Palestina tewas dan puluhan ribu lainnya terluka.