TEL AVIV, ISRAEL – Israel mengumumkan persiapan operasi militer besar-besaran untuk menghancurkan sisa terowongan bawah tanah milik Hamas di Jalur Gaza, di tengah ketegangan yang meningkat pasca-gencatan senjata sementara. Langkah ini menandai fase baru dalam konflik yang telah berlangsung sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang menekankan urgensi misi ini setelah penyelesaian pembebasan sandera. Operasi direncanakan di bawah pengawasan mekanisme internasional yang dipimpin Amerika Serikat, sebagai sponsor utama kesepakatan gencatan senjata yang baru saja dimulai sejak Jumat (10/10/2025). Katz secara tegas menyatakan bahwa tantangan terbesar bagi Israel pasca-pembebasan sandera adalah menghancurkan infrastruktur bawah tanah Hamas secara menyeluruh.
“Tantangan besar Israel setelah fase pembebasan sandera adalah penghancuran semua terowongan Hamas di Gaza,” ujar Katz dalam pernyataan resmi, dikutip dari AFP.
Perintah persiapan langsung diberikan kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang kini fokus menyusun strategi untuk menjangkau jaringan terowongan yang rumit dan luas. Jaringan ini, yang sering disebut sebagai “Gaza Metro”, telah lama menjadi senjata rahasia Hamas untuk memindahkan pejuang, senjata, dan melancarkan serangan silang batas tanpa terdeteksi radar Israel.
Beberapa terowongan bahkan menembus wilayah perbatasan langsung ke Israel, memfasilitasi infiltrasi mendadak yang menewaskan puluhan warga sipil.
Meski IDF telah berhasil meruntuhkan sebagian besar terowongan selama dua tahun perang, estimasi intelijen Israel menunjukkan masih ada ratusan kilometer sisa yang berpotensi mengancam stabilitas pasca-gencatan senjata. Operasi ini selaras dengan tahap kedua rencana damai AS, yang menargetkan demiliterisasi total Hamas, termasuk pembongkaran infrastruktur militer bawah tanah.
Gencatan senjata tahap pertama, yang disetujui Hamas pada 10 Oktober 2025, telah membuka jalan bagi pertukaran tahanan. Pada Senin (13/10/2025), tahap lanjutan dijadwalkan mencakup pembebasan 48 sandera Israel baik yang masih hidup maupun jenazah sebagai imbalan dari Israel yang akan membebaskan sekitar 250 tahanan politik Palestina, termasuk figur yang terlibat dalam serangan mematikan, serta 1.700 warga Gaza yang ditahan militer. Kesepakatan ini diharapkan meredam eskalasi, meski tantangan logistik dan keamanan tetap tinggi.
Namun, respons dari pihak Hamas menunjukkan ketidaksepakatan mendalam. Kelompok militan tersebut menolak tuntutan pelucutan senjata, dengan pejabat senior Hossam Badran menyatakan kepada AFP bahwa tahap kedua rencana AS penuh dengan “banyak kerumitan dan kesulitan”. Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang masih membayangi proses negosiasi, di mana Hamas bersikukuh mempertahankan kemampuan pertahanan mereka di tengah tekanan internasional.
Konteks perang Gaza sejak 2023 telah menewaskan ribuan nyawa di kedua belah pihak, dengan terowongan Hamas menjadi simbol perlawanan sekaligus target prioritas Israel. Dengan AS dan Mesir memimpin konferensi tingkat tinggi perdamaian esok hari, operasi terowongan ini berpotensi menjadi ujian awal bagi komitmen gencatan senjata jangka panjang.