Pemerintah terus mempercepat upaya pemulihan pascabencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Perbaikan infrastruktur menjadi fokus utama, mengingat fungsinya yang krusial sebagai jalur distribusi bantuan logistik serta penggerak aktivitas ekonomi warga.
Salah satu langkah strategis yang diprioritaskan adalah percepatan pembangunan jembatan darurat atau jembatan bailey. Dari total 35 jembatan yang terputus akibat bencana di tiga provinsi tersebut, pemerintah menetapkan sejumlah titik vital untuk ditangani lebih dulu guna memulihkan konektivitas antardaerah.
Berdasarkan rangkuman Badan Komunikasi Pemerintah RI, Rabu (17/12), berikut perkembangan empat jembatan strategis yang telah rampung maupun masih dalam tahap penyelesaian.
Jembatan Teupin Mane
Kabar menggembirakan datang dari Kabupaten Bireuen, Aceh. Jembatan darurat Teupin Mane resmi kembali beroperasi sejak Senin (15/12). Antusiasme warga terlihat jelas saat jembatan dibuka, dengan masyarakat langsung memadati lokasi untuk melintas.
Kini, jembatan tersebut telah dapat dilalui kendaraan dari dua arah. Sebelumnya, putusnya Jembatan Teupin Mane selama hampir dua pekan sempat melumpuhkan mobilitas warga serta menghambat distribusi logistik antara Bireuen dan Bener Meriah.
Rampungnya jembatan ini menjadi bukti nyata percepatan pemulihan, sekaligus menandai satu dari delapan titik jembatan yang berhasil dibangun ulang pascabanjir di wilayah tersebut.
Jembatan Teupin Reudeup
Di Kecamatan Peusangan Selatan, progres pembangunan Jembatan Teupin Reudeup juga menunjukkan hasil positif. Jembatan sepanjang 30 meter ini memiliki peran penting sebagai jalur alternatif penghubung Kabupaten Bireuen dan Lhokseumawe.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Bireuen memastikan pembangunan berjalan sesuai jadwal. Jembatan ini ditargetkan sudah dapat dilalui masyarakat pada Kamis, 18 Desember 2025, sekaligus membantu mengurai kepadatan di jalur utama.
Jembatan Kuta Blang
Pekerjaan yang lebih kompleks dilakukan pada pembangunan Jembatan Kuta Blang di Kecamatan Krueng Tikeum. Dengan panjang 72 meter, jembatan ini menjadi urat nadi transportasi penghubung Aceh Timur dan Bireuen menuju Lhokseumawe.
Berbeda dengan jembatan bailey di lokasi lain, pembangunan di Kuta Blang memerlukan pengerjaan pilar jembatan terlebih dahulu sebelum pemasangan struktur bailey dilakukan. Dengan tingkat kerumitan tersebut, penyelesaian jembatan ini diproyeksikan rampung sepenuhnya pada 25 Desember 2025.
Jika sesuai rencana, kehadiran Jembatan Kuta Blang akan menjadi “kado akhir tahun” bagi pemulihan konektivitas lintas kabupaten di wilayah Aceh.
Jembatan Dusun 3 Pondok Gudang
Sementara itu di Sumatera Utara, kolaborasi antara TNI AD dan warga sipil membuahkan hasil signifikan di Desa Pondok Gudang, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat. Satgas Gulben Kodam I/Bukit Barisan bersama personel Zidam I/BB, Yonzipur 11, dan Yonzikon 14 mengerahkan 23 personel gabungan untuk memasang jembatan Armco.
Hingga Selasa (16/12), progres pemasangan jembatan dengan bentang 8,5 meter dan lebar 8 meter ini telah mencapai 60 persen. Meski bersifat darurat, jembatan yang menggunakan 48 unit material Armco tersebut sudah dapat dilalui kendaraan roda empat, memulihkan akses vital bagi warga Dusun 3 Pondok Gudang yang sebelumnya terisolasi.